Musim hujan memang dinanti setelah Indonesia dilanda kemarau berkepanjangan. Namun, karakteristik hujan yang ada harus diperhatikan, ada hujan berkah yang menyuburkan (umumnya hujan ringan tanpa badai petir dan angin kencang), dan ada hujan merusak yang bisa membawa bencana. Seringkali karakteristik hujan merusak ini kurang diperhatikan, tahu2 terjadi bencana saja dan menimbulkan kerugian yang besar. Ciri khas munculnya cuaca buruk/ekstrem/siklon tropis/hujan merusak adalah diawali gumpalan awan mendung pekat yang terlihat rendah posisinya namun menjulang seperti menara & menggelayut di langit (disebut awan kumulonimbus), perubahan suhu (tiba2 dingin menusuk tulang), munculnya badai petir (bisa sblm/saat/sesudah hujan), hujan lebat (terkadang hujan es juga), serta angin kencang (kondisi tertentu bahkan angin puting beliung) dengan durasi bervariasi. Hujan merusak tsb sesekali muncul saat musim hujan, cukup sering saat puncak musim hujan, dan terutama akan lebih sering terjadi saat musim peralihan.
Di-update 11 Januari 2019: disebut hujan siklon tropis (trmsk hujan ekstrem) karena seperti ada putaran kipas angin raksasa di langit yang meniup air hujan shg bergerak tdk beraturan, cenderung memutar, & lebat. Putaran kipas angin pun tdk menentu, awlnya biasa, lalu smkn kencang, tiba2 berhenti, lalu muncul lagi (spt kipas angin di rumah ada switch on/off berikut level putaran kipas mulai dari low, medium, & high, dipencet sesuka hati😜). Tentu saja disertai angin & badai petir yg dahsyat. Saat hujan siklon tropis, posisi awan pekat terlihat lbh rendah dari biasanya, membuat sambaran petir akn lbh membahayakan, & bahkan mencapai ke darat. Ketika hujan reda pun tidak jaminan petir hilang, justru bisa saja malah semakin galak utk kemudian terjadi hujan ekstrem lagi.
Hujan saat musim peralihan cenderung sporadis, antara kota yg berbatasan lgsg bisa berbeda cuacanya. Sdgkn saat musim hujan, hujannya cenderung merata. Sambaran petir dengan suara yang menggelegar juga harus diwaspadai mengingat berasal dari awan rendah mendung pekat menggumpal yang disebut kumulonimbus (perhatikan posisinya selalu lebih rendah dari awan putih). Jangan berteduh di bawah pohon, dkt tiang listrik (apalagi kabel SUTET), atau di lapangan terbuka jika cuaca buruk. Stop bermain spk bola di lapangan terbuka selama cuaca buruk, bhkn ketika hujan sdh reda pun, krn itu saat2 rawan petir kembali muncul. Jika rumah terletak dekat lapangan terbuka & sawah luas (walau rumah tdk bertingkat), segera pasang penangkal petir. Di Indonesia, ada 2 kota dgn jumlah sambaran petir tertinggi, yaitu Bogor dan Depok (sekitar 700 ribu sambaran petir per tahun😱). Apalagi Bogor berada di dataran tinggi dengan potensi terjadinya awan pembentuk petir smkn tinggi. Tak heran Bogor dikenal sbg kota hujan (sumber: Koran Pikiran Rakyat 19 November 2018). Menurut Perdinan, ahli spasial klimatologi Institut Pertanian Bogor (IPB), khusus di Bogor Selatan, potensi terjadinya angin kencang saat musim peralihan cukup tinggi, mengingat Bogor selatan memiliki struktur kawasan yg berkontur tdk datar, topografi yg lbh tinggi, & berbentuk lembah. Dan mnrt sy mgkn juga di daerah tsb terlalu gersang, rumah berderet rapat tanpa ada Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Hujan ekstrem sebagai bagian dari cuaca ekstrem seperti halnya kemarau berkepanjangan, angin puting beliung, badai tornado, dan juga badai salju. Saya pernah mendapatkan info bahwa cuaca ekstrem akan lebih sering menyergap daerah yang gersang, yang jarang pepohonannya. Bnyk pepohonan dpt memecah angin shg mencegah terjadinya angin puting beliung. Tentu sj pohonnya hrs kokoh, bkn pohon tua yg rentan tumbang. Hal tsb diawali di perumahan. Jadi, setiap rumah wajib memiliki taman, itu sudah menjadi bagian RTH, walau dlm lingkup yg kecil.
Sebelum memasuki musim hujan, ada yang namanya masa transisi disebut musim peralihan/pancaroba. Musim peralihan dari kemarau ke penghujan tahun 2018 terjadi akhir Oktober sampai sebulan ke depan (agak mundur dibanding tahun2 sebelumnya akibat pemanasan global dan rusaknya alam). Setelah itu, baru memasuki musim hujan saat bulan Desember sampai bulan Mei 2019. Ciri khas musim peralihan dari kemarau ke penghujan adalah cuaca yang tidak menentu (cuaca ekstrem), seperti siang panas terik, lalu sore tiba2 awan mendung pekat dan dingin menusuk tulang, lalu hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Sedangkan puncak musim hujan menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi pada bulan Januari-Februari 2019. Yang harus diwaspadai saat puncak musim hujan adalah curah hujan semakin meningkat secara signifikan (hujan sehari bisa 3 kali) sambil sesekali juga disertai petir dan angin kencang. Perhatikan dampak setelahnya, baik musim peralihan dan juga puncak musim hujan, pasti ada saja banjir, pohon tumbang, tersambar petir, aspal mengelupas, jalur darat terputus, bahkan tanah longsor.
Ketika bepergian pun menjadi was-was, baik menggunakan mobil pribadi/kereta api/transportasi darat lain (takut banjir dan longsor), kapal laut (takut gelombang tinggi), bahkan pesawat (takut cuaca buruk yang membahayakan penerbangan). Kondisi tanah yang
stabil saat musim kemarau (terutama di zona rawan longsor), menjadi
labil dan rapuh ketika memasuki musim peralihan dan penghujan. Kecenderungannya begitu tiap tahun, namun ironinya
tingkat kewaspadaan dan manajemen mitigasi bencananya cenderung jalan di
tempat.
Di-update 11 Januari 2019: disebut hujan siklon tropis (trmsk hujan ekstrem) karena seperti ada putaran kipas angin raksasa di langit yang meniup air hujan shg bergerak tdk beraturan, cenderung memutar, & lebat. Putaran kipas angin pun tdk menentu, awlnya biasa, lalu smkn kencang, tiba2 berhenti, lalu muncul lagi (spt kipas angin di rumah ada switch on/off berikut level putaran kipas mulai dari low, medium, & high, dipencet sesuka hati😜). Tentu saja disertai angin & badai petir yg dahsyat. Saat hujan siklon tropis, posisi awan pekat terlihat lbh rendah dari biasanya, membuat sambaran petir akn lbh membahayakan, & bahkan mencapai ke darat. Ketika hujan reda pun tidak jaminan petir hilang, justru bisa saja malah semakin galak utk kemudian terjadi hujan ekstrem lagi.
Hujan saat musim peralihan cenderung sporadis, antara kota yg berbatasan lgsg bisa berbeda cuacanya. Sdgkn saat musim hujan, hujannya cenderung merata. Sambaran petir dengan suara yang menggelegar juga harus diwaspadai mengingat berasal dari awan rendah mendung pekat menggumpal yang disebut kumulonimbus (perhatikan posisinya selalu lebih rendah dari awan putih). Jangan berteduh di bawah pohon, dkt tiang listrik (apalagi kabel SUTET), atau di lapangan terbuka jika cuaca buruk. Stop bermain spk bola di lapangan terbuka selama cuaca buruk, bhkn ketika hujan sdh reda pun, krn itu saat2 rawan petir kembali muncul. Jika rumah terletak dekat lapangan terbuka & sawah luas (walau rumah tdk bertingkat), segera pasang penangkal petir. Di Indonesia, ada 2 kota dgn jumlah sambaran petir tertinggi, yaitu Bogor dan Depok (sekitar 700 ribu sambaran petir per tahun😱). Apalagi Bogor berada di dataran tinggi dengan potensi terjadinya awan pembentuk petir smkn tinggi. Tak heran Bogor dikenal sbg kota hujan (sumber: Koran Pikiran Rakyat 19 November 2018). Menurut Perdinan, ahli spasial klimatologi Institut Pertanian Bogor (IPB), khusus di Bogor Selatan, potensi terjadinya angin kencang saat musim peralihan cukup tinggi, mengingat Bogor selatan memiliki struktur kawasan yg berkontur tdk datar, topografi yg lbh tinggi, & berbentuk lembah. Dan mnrt sy mgkn juga di daerah tsb terlalu gersang, rumah berderet rapat tanpa ada Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Hujan ekstrem sebagai bagian dari cuaca ekstrem seperti halnya kemarau berkepanjangan, angin puting beliung, badai tornado, dan juga badai salju. Saya pernah mendapatkan info bahwa cuaca ekstrem akan lebih sering menyergap daerah yang gersang, yang jarang pepohonannya. Bnyk pepohonan dpt memecah angin shg mencegah terjadinya angin puting beliung. Tentu sj pohonnya hrs kokoh, bkn pohon tua yg rentan tumbang. Hal tsb diawali di perumahan. Jadi, setiap rumah wajib memiliki taman, itu sudah menjadi bagian RTH, walau dlm lingkup yg kecil.
Sebelum memasuki musim hujan, ada yang namanya masa transisi disebut musim peralihan/pancaroba. Musim peralihan dari kemarau ke penghujan tahun 2018 terjadi akhir Oktober sampai sebulan ke depan (agak mundur dibanding tahun2 sebelumnya akibat pemanasan global dan rusaknya alam). Setelah itu, baru memasuki musim hujan saat bulan Desember sampai bulan Mei 2019. Ciri khas musim peralihan dari kemarau ke penghujan adalah cuaca yang tidak menentu (cuaca ekstrem), seperti siang panas terik, lalu sore tiba2 awan mendung pekat dan dingin menusuk tulang, lalu hujan lebat disertai angin kencang dan petir. Sedangkan puncak musim hujan menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi pada bulan Januari-Februari 2019. Yang harus diwaspadai saat puncak musim hujan adalah curah hujan semakin meningkat secara signifikan (hujan sehari bisa 3 kali) sambil sesekali juga disertai petir dan angin kencang. Perhatikan dampak setelahnya, baik musim peralihan dan juga puncak musim hujan, pasti ada saja banjir, pohon tumbang, tersambar petir, aspal mengelupas, jalur darat terputus, bahkan tanah longsor.
Banjir Menyebabkan Aspal Mengelupas di Daerah Cimindi, Kota Cimahi, Jabar (mungkin Aspalnya KW😁). Sumber: newsdetik.com |
Ada
pemikiran orang kolot (jadul) Sunda yang menurut saya keliru, yaitu
hujan mah cai, tong sieun (hujan itu air, ga usah takut). Ya, betul hujan itu
air, ga perlu takut (bahkan menyenangkan) kalau intensitas hujannya
ringan tanpa membawa "kawan2nya", jenis awan hujannya adalah nimbostratus, mendungnya biasa, tdk terlalu pekat. Itu yang disebut hujan yang membawa
berkah dan menyuburkan. Tp, mereka lupa, ada juga karakter hujan yang
merusak, yaitu hujan yang sangat lebat (terkadang campur hujan es juga) dengan frekuensi dan intensitas
yang lebih tinggi, durasi lebih lama, serta membawa "kawan2nya" yang
"galak" seperti badai petir dan angin kencang (termasuk angin puting beliung). Bukankah malah
menimbulkan kekhawatiran tersendiri seperti takut banjir, longsor,
tersambar petir, kesetrum listrik, tertimpa pohon/baliho tumbang,
terserang penyakit, barang elektronik rusak, jalan terputus, jaringan internet terganggu, was2 naik pesawat, khawatir longsor naik kereta api, dsb. Jenis awan galak tsb disebut kumulonimbus, dgn ciri khas mendung pekat, ada badai petirnya, & udara tiba2 dingin. Hal2
seperti itulah yang masih kurang disadari oleh sebagian warga Jabar (dan warga Indonesia pada umumnya) atau
mungkin sudah disadari tapi bingung bagaimana menghadapinya, jadi
cenderung pasrah😜. Tentunya itu harus dihindari dengan mengetahui manajemen mitigasi bencana yang baik.
Pengertian mitigasi bencana sendiri menurut pasal 1 Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Sedangkan, mitigasi bencana harus dikelola dengan baik melalui prosedur
yang jelas dan terpadu, agar semua orang memiliki persepsi yang sama,
sehingga perlu adanya manajemen mitigasi bencana. Hal tersebut
menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga masyarakat terdampak, tidak
bisa sepihak. Manajemen mitigasi bencana diawali dengan tindakan preventif (mencegah dari risiko yang lebih besar dan korban jiwa yang lebih banyak) dan represif (tindakan tegas setelah terjadinya bencana) dengan cakupan wilayah di Jawa Barat (Jabar)
A. Tahap Preventif
1. Menjaga kelestarian alam dan kebersihan lingkungan. Banjir dan longsor tidak lepas dari kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia. Ini bukan hanya tugas pemerintah setempat, tapi juga menjadi tanggung jawab warganya. Idealnya dilakukan saat musim kemarau. Kalau misalnya masih belum optimal, harus dituntaskan sebelum puncak musim hujan. Langkah2nya:
- Memperbaiki kondisi vegetasi di wilayah hulu untuk mencegah banjir bandang
- Membuang sampah pada tempatnya
- Berdayakan bank sampah (bisa utk menambah penghasilan juga)
- Memperbanyak tempat sampah agar warga dipaksa untuk bersikap disiplin membuang sampah. Seringkali alasan buang sampah sembarangan akibat tempat sampahnya langka😜
- Membersihkan selokan, gorong2, dan sungai yang tercemar. Musim peralihan dan hujan smkn rentan penyakit akibat lingkungan yg kotor, spt demam berdarah dan diare
- Penghijauan kembali hutan yang gundul (reboisasi)
- Memangkas pohon2 yg sudah tua dan rentan tumbang (tapi hrs sudah dipersiapkan gantinya)
- Mencabut paku yg menempel di pohon (biasanya akan sering saat musim kampanye dan promo iklan😜). Pohon pun hrs dirawat dan diapresiasi sampai ada Hari Pohon Sedunia tanggal 21 November 2018
- Menanam tanaman penyerap air juga bisa dijadikan solusi untuk mengurangi dampak banjir, ada beberapa jenis pohon yang dikenal dapat menyerap air dengan baik yakni pohon bambu, pohon jati, rumput akar wangi, mahoni, jabon, asam jawa, hingga palem putri (sumber: www.lamudi.co.id)
- Membuat biopori sebenarnya sangat sederhana. Pertama Anda harus membuat lubang dengan kedalaman 100 cm, kemudian isi lubang dengan sampah organik atau sisa tanaman. Agar kuat mulut lubang diberikan semen 2-3 cm dengan tebal 2 cm. Biaya untuk membuat biopori sendiri sekitar Rp 200 ribu (sumber: www.lamudi.co.id)
- Memperbaiki drainase (saluran air) yang rusak
- Memperbaiki jalan yang rusak dengan kualitas aspal terbaik (jalan rusak berarti memperparah terjadinya banjir dan membahayakan pengguna jalan)
- Memeriksa jembatan (apakah kuat menahan derasnya aliran air)
- Mengetahui bahwa cuaca ekstrem akibat ulah manusia juga, seperti: penggunaan sampah plastik yang berlebihan, polusi kendaraan bermotor, boros listrik, dan semakin terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Di Bandung sendiri, sudah mulai dilakukan pembangunan basement air di Pagarsih dan Gedebage oleh Pemerintah setempat. Sejauh ini cukup efektif mengurangi dampak banjir dan kemungkinan akan ditambah keberadaannya. Di samping itu, Bandung sudah memiliki kolam retensi di Taman Lansia, Sirnaraga, dan Arcamanik. Kolam retensi sangat bermanfaat untuk menampung atau meresapkan air sementara. Hanya saja, biayanya sangat mahal dan lahannya harus luas (sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, dikutip dari Koran Pikiran Rakyat tanggal 29 Oktober 2018)
- Pembuatan sumur resapan di tepi jalan yang nantinya ditanam di bawah saluran air dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Fungsinya menampung aliran air dari badan jalan menuju tali2 air. Namun ini masih dikaji dan diteliti lebih lanjut oleh pihak berwenang (sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, dikutip dari Koran Pikiran Rakyat tanggal 29 Oktober 2018)
- Dsb
2. Mengetahui zona rawan banjir di Jabar, meliputi: Bandung Raya dengan daerah cekungan yang membuat potensi banjir semakin besar (Cimindi, Baleendah, Cimaung, Cimenyan, Cibaduyut, Dayeuhkolot, Gedebage, Pagarsih, Lembang, Cisarua, dan Parongpong), Kabupaten Karawang (siklus lima tahunan), Kabupaten Pangandaran, dan Bogor (terutama Kecamatan Tanahsareal). Pemerintah Provinsi Jabar terhitung tanggal 13 November 2018 menetapkan status siaga bencana di Jabar. Bencana banjir pun telah terjadi meliputi banjir bandang di Cipatujah (Kabupaten Tasikmalaya) dan banjir tahunan Kabupaten Bandung. Bahkan, sekarang di Bandung bertambah lagi 2 titik banjir, yaitu di Gang Tresna Asih (kawasan Pagarsih) dan Jalan Sudirman dekat persimpangan Jalan Suryani (sumber: Koran Pikiran Rakyat tanggal 16 November 2018).
3. Mengetahui zona rawan pergerakan tanah di Jabar, meliputi: Bogor, Depok, Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung (bagian utara), Kabupaten Bandung, Garut, Subang (bagian selatan), Tasikmalaya (bagian barat), dan Cimahi (bagian utara). Pemerintah Provinsi Jabar terhitung tanggal 13 November 2018 menetapkan status siaga bencana di Jawa Barat. Bencana tanah longsor pun telah terjadi di daerah Gentong (Kabupaten Tasikmalaya) dan Naringgul (Kabupaten Cianjur)
4. Mengantisipasi pergerakan tanah, menurut Kepala Bidang Gerakan Tanah pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus Budiman, langkah-langkahnya meliputi:
- Hindari membangun rumah di jalur air. Jika jalur air makin terjal, maka potensi pergerakan tanah makin tinggi. Jika sudah terlanjur tinggal di rumah yang berada di jalur air, maka harus mengenali pergerakan jalur air. Harus ada siskamling 24 jam untuk mempelajari pergerakan jalur air dan mengawasi permukiman di daerah belokan sungai. Harus dibuat pula dinding penahan air di jalurnya untuk mengalihkan jalur air ke daerah yang lebih landai
- Lihat kemunculan mata air baru. Biasanya, mata air baruada akibat rekahan baru. Jika rekahannya terlihat, segera ditutup agar tidak melebar
- Lihat kejernihan air di mata air lama. Bila air berubah keruh, berarti ada erosi di balik permukaan
- Perhatikan kemiringan pohon dan tiang listrik, jika semakin miring, berarti ada pergerakan tanah
- Perhatikan kondisi tanah, terutama tanah yang rentan labil saat diterpa cuaca ekstrem
(Poin 2, 3, dan 4 dikutip dari Koran Pikiran Rakyat tanggal 6 November 2018)
5. Membangun rumah tahan banjir
Untuk warga yang tinggal di daerah rawan banjir (tidak mau pindah dengan berbagai alasan), maka solusi terbaik adalah membangun rumah tahan banjir. Berikut langkah2nya:
- Sebenarnya hal utama yang dapat dilakukan untuk mencegah banjir adalah merenovasi rumah dengan menaikkan lantai, namun jika Anda tidak memiliki cukup biaya untuk melakukannya Anda bisa membuat tanggul di depan teras atau pintu masuk rumah. Tanggul tersebut bisa berupa papan yang dipaku atau tumpukan karung-karung pasir. Dengan membuat tanggul ini Anda dapat menghalau air ketika banjir datang (sumber: www.lamudi.co.id)
- Jika ada biaya lebih, memang baiknya direnovasi total agar rumah benar2 tahan banjir sepenuhnya. Pada dasarnya, kaki2 rumah harus kokoh dan ditinggikan untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah. Gunakan material tahan air (termasuk cat), khususnya untuk area yang di bawah. Rancang pondasi bangunan setidaknya 40-50cm di atas jalanan depan rumah Anda. Urug tanah minimal 50 cm di atas jalan. Posisikan halaman dan carport di atas jalan, untuk melindungi barang barang berharga saat banjir menerjang. Agar pengurugan tanah tidak terlalu padat, lantai dibuat dengan konstruksi panggung, seperti membuat dua lantai. Memang sedikit lebih mahal, tetapi pelaksanaannya lebih simpel dan cepat dibanding harus memadatkannya (sumber: tekniksipilinfo.blogspot.com).
- Ada rumah tahan banjir lain bernama rumah amfibi (disebut amfibi karena bisa mengapung saat banjir terjadi) dengan desain yang lebih simpel, cocok untuk di daerah padat penduduk. lahan terbatas, namun rawan banjir (kalau lihat desainnya bisa juga untuk kos2an mahasiswa😜). Rumah amfibi sudah diterapkan di Belanda dan menjadi proyek percontohan arsitektur rumah tahan banjir. Meskipun rumah berdiri di dasar sungai, arsitektur dirancang sedemikian
rupa sehingga rumah dan pondasi bisa mengapung ketika banjir. Listrik
dan saluran pembuangan tetap utuh berkat pipa fleksibel
Untuk biaya membuat rumah tahan
banjir, saya belum dapat infonya, tapi yang jelas biayanya di atas rumah normal
pada umumnya, mengingat pembangunannya lebih kompleks.
6. Membangun rumah tahan longsor
- Pada dasarnya seperti rumah pada umumnya, namun pondasinya yang diperkokoh. Teknik konstruksi itu disebut dengan soil nailing. Praktisi Konstruksi Basuki Winanto mengatakan, soil nailing ini bisa diaplikasikan terhadap konstruksi bangunan sebagai perkuatan untuk menahan bangunan yang berada di daerah miring atau rawan longsor. Jadi kalau untuk tahan longsor, berarti kondisi tanahnya itu labil. Kalau posisinya di lereng, biasanya ada beberapa treatment. Salah satunya treatment-nya bisa pakai soil nailing. Artinya tanah yang ada, dibor secara miring, kemiringan itu agak ke dalam lalu kemiringan itu dimasukin besi beton, lalu di-grooting/dimasukkan campuran semen (sumber: finance.detik.com)
- Membangun bronjong, yaitu anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng atau
galvanis. Anyaman kawat baja ini membentuk sebuah kotak atau balok.
Bagian dalamnya diisi dengan batu-batu berukuran besar untuk mencegah
erosi
7. Pendidikan mitigasi bencana dan menjaga alam di Sekolah Formal
Pemerintah harus memasukkan pendidikan manajemen mitigasi bencana dan menjaga alam ke dalam kurikulum pendidikan dan menjadi bagian dari pendidikan formal, seperti halnya mata pelajaran matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dsb. Menurut saya, selama ini pendidikan di Indonesia terlalu dijejali ilmu sains yang menitikberatkan otak kiri (ini harus dikurangi), dibebani sistem peringkat yg cenderung membanding2kan (di luar peringkat 10 besar dianggap krg pintar), dan kurang memperhatikan ilmu yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, termasuk pendidikan moral, seni kreatif, dan inovatif. Terlalu dijejali ilmu sains membuat murid mudah stres dan kurang terlihat potensi sesungguhnya. Berbeda dgn di Jepang yg sdh lbh maju pendidikannya, anak-anak sekolah sudah diajarkan ilmunya (dan langsung praktik) bagaimana jika terjadi gempa, bagaimana jika terjadi cuaca ekstrem, bagaimana jika terjadi banjir dan longsor, bagaimana sikap menghadapi orang asing, bagaimana menjaga kebersihan, bagaimana bersikap jujur (tidak korupsi), bagaimana membentuk karakter yang kuat, bagaimana bermimpi besar, bagaimana melestarikan budaya lokal, bagaimana menjaga kebersihan, bagaimana melestarikan alam, dsb. Tentunya dibutuhkan keteladanan dan kompetensi juga dari para gurunya. Ini yang di Indonesia masih kurang. Berkaitan dengan alam, ada semacam hubungan timbal balik, jika manusianya senang menjaga alam, maka alamnya pun akan subur dan makmur, tapi jika manusianya senang merusak alam, maka alam pun akan protes dengan caranya sendiri (bencana besar) dan yang jadi korban tidak hanya si perusak alam, tapi juga semua orang yang tinggal di daerah tersebut😱.
Perlu digalakkan juga penanaman pohon mangrove (bakau) terutama di daerah pesisir pantai bukan hanya untuk keseimbangan ekosistem dan penghasil oksigen alami, tapi juga untuk mencegah abrasi/pengikisan pantai, mencegah banjir, pemecah ombak alami, dan terutama menahan laju tsunami. Mengapa harus pohon bakau? karena akarnya yang sangat kuat untuk menahan dan mencegah abrasi pantai, banjir, ombak, dan terutama tsunami. Dalam banyak kasus, hutan bakau melindungi kawasan pesisir dari terjangan badai, angin topan atau tsunami sekalipun. Karena ekosistem ini mampu menyesap air dalam jumlah besar dan dengan begitu mencegah banjir. "Akar dan dahan bakau menahan gelombang air" kata Femke Tonneijck dari organisasi lingkungan Wetlands International (sumber: www.dw.com).
A. Tahap Preventif
1. Menjaga kelestarian alam dan kebersihan lingkungan. Banjir dan longsor tidak lepas dari kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia. Ini bukan hanya tugas pemerintah setempat, tapi juga menjadi tanggung jawab warganya. Idealnya dilakukan saat musim kemarau. Kalau misalnya masih belum optimal, harus dituntaskan sebelum puncak musim hujan. Langkah2nya:
- Memperbaiki kondisi vegetasi di wilayah hulu untuk mencegah banjir bandang
- Membuang sampah pada tempatnya
- Berdayakan bank sampah (bisa utk menambah penghasilan juga)
- Memperbanyak tempat sampah agar warga dipaksa untuk bersikap disiplin membuang sampah. Seringkali alasan buang sampah sembarangan akibat tempat sampahnya langka😜
- Membersihkan selokan, gorong2, dan sungai yang tercemar. Musim peralihan dan hujan smkn rentan penyakit akibat lingkungan yg kotor, spt demam berdarah dan diare
- Penghijauan kembali hutan yang gundul (reboisasi)
- Memangkas pohon2 yg sudah tua dan rentan tumbang (tapi hrs sudah dipersiapkan gantinya)
- Mencabut paku yg menempel di pohon (biasanya akan sering saat musim kampanye dan promo iklan😜). Pohon pun hrs dirawat dan diapresiasi sampai ada Hari Pohon Sedunia tanggal 21 November 2018
- Menanam tanaman penyerap air juga bisa dijadikan solusi untuk mengurangi dampak banjir, ada beberapa jenis pohon yang dikenal dapat menyerap air dengan baik yakni pohon bambu, pohon jati, rumput akar wangi, mahoni, jabon, asam jawa, hingga palem putri (sumber: www.lamudi.co.id)
- Membuat biopori sebenarnya sangat sederhana. Pertama Anda harus membuat lubang dengan kedalaman 100 cm, kemudian isi lubang dengan sampah organik atau sisa tanaman. Agar kuat mulut lubang diberikan semen 2-3 cm dengan tebal 2 cm. Biaya untuk membuat biopori sendiri sekitar Rp 200 ribu (sumber: www.lamudi.co.id)
- Memperbaiki drainase (saluran air) yang rusak
- Memperbaiki jalan yang rusak dengan kualitas aspal terbaik (jalan rusak berarti memperparah terjadinya banjir dan membahayakan pengguna jalan)
- Memeriksa jembatan (apakah kuat menahan derasnya aliran air)
- Mengetahui bahwa cuaca ekstrem akibat ulah manusia juga, seperti: penggunaan sampah plastik yang berlebihan, polusi kendaraan bermotor, boros listrik, dan semakin terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Di Bandung sendiri, sudah mulai dilakukan pembangunan basement air di Pagarsih dan Gedebage oleh Pemerintah setempat. Sejauh ini cukup efektif mengurangi dampak banjir dan kemungkinan akan ditambah keberadaannya. Di samping itu, Bandung sudah memiliki kolam retensi di Taman Lansia, Sirnaraga, dan Arcamanik. Kolam retensi sangat bermanfaat untuk menampung atau meresapkan air sementara. Hanya saja, biayanya sangat mahal dan lahannya harus luas (sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, dikutip dari Koran Pikiran Rakyat tanggal 29 Oktober 2018)
Klik Gambar agar Tulisannya Lebih Jelas |
- Pembuatan sumur resapan di tepi jalan yang nantinya ditanam di bawah saluran air dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Fungsinya menampung aliran air dari badan jalan menuju tali2 air. Namun ini masih dikaji dan diteliti lebih lanjut oleh pihak berwenang (sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, dikutip dari Koran Pikiran Rakyat tanggal 29 Oktober 2018)
- Dsb
2. Mengetahui zona rawan banjir di Jabar, meliputi: Bandung Raya dengan daerah cekungan yang membuat potensi banjir semakin besar (Cimindi, Baleendah, Cimaung, Cimenyan, Cibaduyut, Dayeuhkolot, Gedebage, Pagarsih, Lembang, Cisarua, dan Parongpong), Kabupaten Karawang (siklus lima tahunan), Kabupaten Pangandaran, dan Bogor (terutama Kecamatan Tanahsareal). Pemerintah Provinsi Jabar terhitung tanggal 13 November 2018 menetapkan status siaga bencana di Jabar. Bencana banjir pun telah terjadi meliputi banjir bandang di Cipatujah (Kabupaten Tasikmalaya) dan banjir tahunan Kabupaten Bandung. Bahkan, sekarang di Bandung bertambah lagi 2 titik banjir, yaitu di Gang Tresna Asih (kawasan Pagarsih) dan Jalan Sudirman dekat persimpangan Jalan Suryani (sumber: Koran Pikiran Rakyat tanggal 16 November 2018).
3. Mengetahui zona rawan pergerakan tanah di Jabar, meliputi: Bogor, Depok, Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung (bagian utara), Kabupaten Bandung, Garut, Subang (bagian selatan), Tasikmalaya (bagian barat), dan Cimahi (bagian utara). Pemerintah Provinsi Jabar terhitung tanggal 13 November 2018 menetapkan status siaga bencana di Jawa Barat. Bencana tanah longsor pun telah terjadi di daerah Gentong (Kabupaten Tasikmalaya) dan Naringgul (Kabupaten Cianjur)
4. Mengantisipasi pergerakan tanah, menurut Kepala Bidang Gerakan Tanah pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus Budiman, langkah-langkahnya meliputi:
- Hindari membangun rumah di jalur air. Jika jalur air makin terjal, maka potensi pergerakan tanah makin tinggi. Jika sudah terlanjur tinggal di rumah yang berada di jalur air, maka harus mengenali pergerakan jalur air. Harus ada siskamling 24 jam untuk mempelajari pergerakan jalur air dan mengawasi permukiman di daerah belokan sungai. Harus dibuat pula dinding penahan air di jalurnya untuk mengalihkan jalur air ke daerah yang lebih landai
- Lihat kemunculan mata air baru. Biasanya, mata air baruada akibat rekahan baru. Jika rekahannya terlihat, segera ditutup agar tidak melebar
- Lihat kejernihan air di mata air lama. Bila air berubah keruh, berarti ada erosi di balik permukaan
- Perhatikan kemiringan pohon dan tiang listrik, jika semakin miring, berarti ada pergerakan tanah
- Perhatikan kondisi tanah, terutama tanah yang rentan labil saat diterpa cuaca ekstrem
(Poin 2, 3, dan 4 dikutip dari Koran Pikiran Rakyat tanggal 6 November 2018)
5. Membangun rumah tahan banjir
Untuk warga yang tinggal di daerah rawan banjir (tidak mau pindah dengan berbagai alasan), maka solusi terbaik adalah membangun rumah tahan banjir. Berikut langkah2nya:
- Sebenarnya hal utama yang dapat dilakukan untuk mencegah banjir adalah merenovasi rumah dengan menaikkan lantai, namun jika Anda tidak memiliki cukup biaya untuk melakukannya Anda bisa membuat tanggul di depan teras atau pintu masuk rumah. Tanggul tersebut bisa berupa papan yang dipaku atau tumpukan karung-karung pasir. Dengan membuat tanggul ini Anda dapat menghalau air ketika banjir datang (sumber: www.lamudi.co.id)
- Jika ada biaya lebih, memang baiknya direnovasi total agar rumah benar2 tahan banjir sepenuhnya. Pada dasarnya, kaki2 rumah harus kokoh dan ditinggikan untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah. Gunakan material tahan air (termasuk cat), khususnya untuk area yang di bawah. Rancang pondasi bangunan setidaknya 40-50cm di atas jalanan depan rumah Anda. Urug tanah minimal 50 cm di atas jalan. Posisikan halaman dan carport di atas jalan, untuk melindungi barang barang berharga saat banjir menerjang. Agar pengurugan tanah tidak terlalu padat, lantai dibuat dengan konstruksi panggung, seperti membuat dua lantai. Memang sedikit lebih mahal, tetapi pelaksanaannya lebih simpel dan cepat dibanding harus memadatkannya (sumber: tekniksipilinfo.blogspot.com).
Sumber: tekniksipilinfo.blogspot.com |
Rumah Amfibi di Belanda. Sumber: rumah.com |
6. Membangun rumah tahan longsor
- Pada dasarnya seperti rumah pada umumnya, namun pondasinya yang diperkokoh. Teknik konstruksi itu disebut dengan soil nailing. Praktisi Konstruksi Basuki Winanto mengatakan, soil nailing ini bisa diaplikasikan terhadap konstruksi bangunan sebagai perkuatan untuk menahan bangunan yang berada di daerah miring atau rawan longsor. Jadi kalau untuk tahan longsor, berarti kondisi tanahnya itu labil. Kalau posisinya di lereng, biasanya ada beberapa treatment. Salah satunya treatment-nya bisa pakai soil nailing. Artinya tanah yang ada, dibor secara miring, kemiringan itu agak ke dalam lalu kemiringan itu dimasukin besi beton, lalu di-grooting/dimasukkan campuran semen (sumber: finance.detik.com)
Soil Nailing. Sumber:cforcivil |
Bronjong Penahan Longsor dan Menjaga Tepi Sungai dari Erosi. Sumber: www.dekoruma.com |
7. Pendidikan mitigasi bencana dan menjaga alam di Sekolah Formal
Pemerintah harus memasukkan pendidikan manajemen mitigasi bencana dan menjaga alam ke dalam kurikulum pendidikan dan menjadi bagian dari pendidikan formal, seperti halnya mata pelajaran matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dsb. Menurut saya, selama ini pendidikan di Indonesia terlalu dijejali ilmu sains yang menitikberatkan otak kiri (ini harus dikurangi), dibebani sistem peringkat yg cenderung membanding2kan (di luar peringkat 10 besar dianggap krg pintar), dan kurang memperhatikan ilmu yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar, termasuk pendidikan moral, seni kreatif, dan inovatif. Terlalu dijejali ilmu sains membuat murid mudah stres dan kurang terlihat potensi sesungguhnya. Berbeda dgn di Jepang yg sdh lbh maju pendidikannya, anak-anak sekolah sudah diajarkan ilmunya (dan langsung praktik) bagaimana jika terjadi gempa, bagaimana jika terjadi cuaca ekstrem, bagaimana jika terjadi banjir dan longsor, bagaimana sikap menghadapi orang asing, bagaimana menjaga kebersihan, bagaimana bersikap jujur (tidak korupsi), bagaimana membentuk karakter yang kuat, bagaimana bermimpi besar, bagaimana melestarikan budaya lokal, bagaimana menjaga kebersihan, bagaimana melestarikan alam, dsb. Tentunya dibutuhkan keteladanan dan kompetensi juga dari para gurunya. Ini yang di Indonesia masih kurang. Berkaitan dengan alam, ada semacam hubungan timbal balik, jika manusianya senang menjaga alam, maka alamnya pun akan subur dan makmur, tapi jika manusianya senang merusak alam, maka alam pun akan protes dengan caranya sendiri (bencana besar) dan yang jadi korban tidak hanya si perusak alam, tapi juga semua orang yang tinggal di daerah tersebut😱.
Perlu digalakkan juga penanaman pohon mangrove (bakau) terutama di daerah pesisir pantai bukan hanya untuk keseimbangan ekosistem dan penghasil oksigen alami, tapi juga untuk mencegah abrasi/pengikisan pantai, mencegah banjir, pemecah ombak alami, dan terutama menahan laju tsunami. Mengapa harus pohon bakau? karena akarnya yang sangat kuat untuk menahan dan mencegah abrasi pantai, banjir, ombak, dan terutama tsunami. Dalam banyak kasus, hutan bakau melindungi kawasan pesisir dari terjangan badai, angin topan atau tsunami sekalipun. Karena ekosistem ini mampu menyesap air dalam jumlah besar dan dengan begitu mencegah banjir. "Akar dan dahan bakau menahan gelombang air" kata Femke Tonneijck dari organisasi lingkungan Wetlands International (sumber: www.dw.com).
Hutan Mangrove (Bakau) yang Kini Mulai Berkurang akibat Ulah Manusia. Sumber: sahabatnesia.com |
8. Membaca tanda2 alam melalui perilaku hewan
Sebenarnya kita bisa membaca tanda2 alam bakal terjadinya bencana besar apapun dari perilaku hewan yang tidak biasa di daerah tersebut. Hewan tertentu memang dibekali kemampuan lebih oleh Allah Swt dalam hal membaca tanda alam daripada manusia itu sendiri (kecuali manusia khusus yang diberi kelebihan oleh Allah Swt). Tidak ada salahnya, kita sebagai manusia biasa harus mau belajar dari manapun, termasuk dari perilaku hewan. Dikutip dari www.merdeka.com, berikut hewan2 yg bisa memprediksi cuaca ekstrem, banjir, dan longsor:
- Anjing: bisa memprediksi adanya perubahan cuaca ekstrem dengan menunjukkan reaksi menggigil dan gemetar, contohnya sebelum terjadi badai petir. Hal ini disebabkan karena anjing memiliki sensitivitas indera perasa 10.000 kali lebih kuat dibanding manusia. Hal ini membuat anjing memiliki kemampuan untuk mencium atau mengamati perubahan suhu udara sebelum badai atau gempa bumi terjadi
- Kucing: memiliki kemampuan untuk memprediksi bencana alam apapun. Bahkan, kucing akan mengevakuasi bayinya ke tempat aman sebelum bencana besar terjadi
- Kuda: biasanya kuda akan melompat, meringkik keras dengan intensitas frekuensi yang intens ketika hewan tersebut merasa akan terjadi bencana alam, termasuk perubahan cuaca ekstrem
- Hiu: para ilmuwan dari Mote Marine Laboratory Sarasota, Florida, mendokumentasikan perilaku 14 ekor hiu yang telah terpasang sensor elektronik. 12 jam sebelum badai Charley menyapu daerah sekitar pantai Teluk Florida dan pada tahun 2004, 12 hiu tersebut terekam menyelam ke perairan yang lebih dalam. Padahal selama empat tahun masa pengawasannya, hiu-hiu ini hanya berenang di perairan yang cukup dangkal
- Burung: dapat bereaksi terhadap bencana lain seperti badai tornado, gempa bumi, dan letusan gunung berapi, dengan terbang jauh dari habitat mereka sebelum bencana alam tersebut terjadi
9. Selalu memantau prediksi cuaca
Prediksi cuaca biasanya dikeluarkan oleh badan resmi seperti BMKG dan disebar melalui berbagai media, seperti koran nasional, televisi, search engine seperti google, yahoo, dsb. Karena sifatnya prediksi (berdasarkan keilmuan tentunya), maka kemungkinan salahnya tetap ada, walaupun tingkat keakuratannya juga tinggi. Prediksi cuaca dalam 1 hari dibagi menurut waktu menjadi 3 (pagi, siang, dan malam) dan menurut wilayah, misal Bandung (Utara, Barat, Tengah, Timur, Selatan). Cuaca dalam suatu waktu bisa saja bersifat sporadis, misalnya di kota A wilayah utara siangnya cerah berawan, tapi di kota yang sama wilayah Barat siangnya justru hujan ringan. Jika cuaca dalam satu hari cerah berawan/cerah tanpa awan/hujan ringan tanpa petir, maka kondisi cuaca bersahabat, cuacanya berkah. Nah, jika prediksi cuaca dalam satu hari terdapat cuaca ekstrem (hujan lebat disertai petir), maka patut waspada, terutama bagi warga yang tinggal di daerah rawan banjir, longsor, sambaran petir, dan pohon tumbang.
Sambaran petir juga wajib diwaspadai. Untuk antisipasi, penangkal petir memang harus dipasang di rumah2 (baik bertingkat maupun tidak) yg lokasinya dkt lapangan terbuka dan sawah luas. Hindari juga berteduh di bawah pohon atau saung di persawahan. Stop bermain sepak bola di lapangan terbuka jika tanda2 cuaca buruk terjadi. Lapangan yang sudah dilengkapi penangkal petir saja, kalau cuaca buruk pertandingan dihentikan sementara, mengingat keselamatan pemain dan perangkat pertandingan harus diutamakan.
Di-update 15 Januari 2019:
10. Waspadai Leptospirosis di daerah rawan banjir
Leptospirosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral yang disebut Leptospira interrogans, disebabkan oleh urine/darah hewan yang terinfeksi bakteri tsb. Penyakit tsb akan lbh sering muncul saat musim hujan. Sedangkan hewan pembawa penyakit tsb (bertahan hidup di ginjal hewan) umumnya hewan liar, tapi bisa juga hewan ternak. Hewan tsb meliputi anjing, tikus, kucing, babi, sapi, dan kambing.
Nah, banyak cara penularannya dari hewan pembawa bakteri Leptospira interrogans thd manusia:
a. Urin/darah hewan pembawa bakteri tsb tercampur dgn banjir lalu terkena kulit manusia yg sedang mengalami luka terbuka
b. Mata, mulut, dan hidung manusia yang bersinggungan langsung dengan hewan pembawa bakteri tsb
c. Tanah yg terkontaminasi oleh hewan pembawa bakteri tsb
d. Manusia tergigit langsung oleh hewan pembawa bakteri tsb
Ciri penderita diawali demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, nyeri pada hati dan ginjal. Menurut Nanang Ruhyana, dari Dinas Kesehatan kab. Cirebon, jika terdeteksi gejala tsb, jangan dibiarkan/ditunda, penyakit ini spt virus, jika dibiarkan akan semakin parah, bahkan menyebabkan kematian. Penyakit ini tidak menular dari seseorang yg terinfeksi ke orglain, hanya saja menular dari hewan yg terinfeksi bakteri Leptospira interrogans kepada manusia yang kulitnya memang sudah terluka atau tergigit oleh hewan tsb.
Pencegahan:
1. Lindungi badan dari kemungkinan kontak dengan air/genangan yg diduga tercemar. Gunakan sepatu bot, masker, atau pelindung lainnya
2. Jika punya luka, segera bersihkan dan tutup rapat agar terhindar dari serangan bakteri Leptospira interrogans
3. Membiasakan hidup bersih dan makanan yang dicuci bersih
4. Menjaga kesehatan, karena bakteri akan mudah masuk ke dalam tubuh orang yang lemah/sakit
(Sumber: Koran Pikiran Rakyat 15 Januari 2019)
Di-update 31 Januari 2019:
11. Waspadai penyakit Demam Berdarah (DBD)
Penderita DBD mengalami puncaknya saat puncak musim hujan (sekitar akhir Januari-awal Februari). Buktinya saja, dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, hingga tanggal 28 Januari 2018, jumlah penderita DBD di Jawa Barat adalah 2204. Dari jumlah tsb, 14 orang penderita DBD dinyatakan meninggal dunia (sumber: regional.kompas.com). Berikut gambar tentang tindakan preventif dan kuratif penyakit DBD:
Penderita DBD mengalami puncaknya saat puncak musim hujan (sekitar akhir Januari-awal Februari). Buktinya saja, dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, hingga tanggal 28 Januari 2018, jumlah penderita DBD di Jawa Barat adalah 2204. Dari jumlah tsb, 14 orang penderita DBD dinyatakan meninggal dunia (sumber: regional.kompas.com). Berikut gambar tentang tindakan preventif dan kuratif penyakit DBD:
Klik Gambar agar Lebih Jelas Tulisannya |
Sumber: https://hellosehat.com |
Berdasarkan pengalaman saya tadi, untuk pencegahan DBD lainnya, hindari kecapean, stres, kurang istirahat, dan diet ekstrem (saya pernah melakukannya), karena mengakibatkan kondisi tubuh menjadi tidak stabil dan lebih mudah terinfeksi. Pastikan tubuh selalu mendapatkan asupan nutrisi yang lengkap, banyak minum air putih, dan sempatkan pula olahraga.
12. Memperbanyak amal kebaikan, ibadah, dan doa
Dengan memperbanyak amal kebaikan, ibadah, dan doa, diharapkan kita semua selalu mendapatkan perlindungan dari segala macam bahaya, termasuk bencana. Aamiin😇. Jikalau bencana pun tetap terjadi, setidaknya amal kebaikan, ibadah, dan doa menjadi penyelamat agar mendapatkan jalan terbaik di dunia maupun di akhirat. Aamiin😇.
B. Tahap Represif
1. Bencana Banjir
- Selalu pantau informasi darurat tentang bencana tersebut, baik melalui media maupun mendengar langsung
- Pada dasarnya langkah represif bencana banjir awal mirip dengan bencana tsunami, sebelum banjir bandang terjadi, warga harus berlari mencari daerah yang lebih tinggi. Jikalau terjebak di dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa mengapung
- Jika sempat, selamatkan benda2 berharga, dokumen penting, pakaian seperlunya, bahkan hewan ternak dan peliharaan (mungkin lepas saja dari ikatan tali berikut kandang, asal jangan hewan buas ya, takut membahayakan warga sekitar😁). Tapi, itu bukan prioritas, yang terpenting selamatkan saja dulu diri sendiri, keluarga, dan tetangga sekitar
- Mencari tempat yang aman untuk menunggu instruksi selanjutnya
- Matikan semua sumber listrik
- Penyediaan mobil pompa dan rumah pompa untuk mencegah genangan air yang berlebih
- Penyediaan perahu karet
- Ikut terlibat dalam membangun tenda darurat, dapur umum, dan jamban
Klik Gambar agar Tulisannya Lebih Jelas. Sumber: www.slideshare.net |
- Jika cuaca ekstrem, hindari berteduh di bawah pohon, reklame, atau tempat2 lain yang rawan tersambar petir, tertimpa pohon tumbang, dan tersapu angin kencang
- Penyediaan alat2 kebersihan pasca-banjir
2. Bencana Longsor
- Jika terdengar suara gemuruh, segera keluar dari rumah dan mencari tempat yang lapang. Jika sempat, gunakan sepatu khusus berjalan di tanah yang becek
- Perhatikan kondisi tanah, hindari tanah yang labil, cari pijakan tanah yang kokoh
- Mencari tempat yang aman sambil menunggu instruksi selanjutnya
- Hati2 dengan puing2 bangunan yang roboh dan rentan roboh
- Perhatikan longsor susulan, jika kondisi sudah aman (termasuk cuacanya), silakan kembali ke rumah untuk memantau keadaan di sana
3. Pengungsian
Korban
bencana alam pada dasarnya tidak sekedar membutuhkan tempat tinggal
sementara yang representatif, tapi juga kebutuhan hidupnya harus
terpenuhi sebagaimana seperti ketika hidup sebelum terjadinya bencana.
Privasi sudah pasti agak terganggu, karena harus hidup berdampingan
dengan banyak korban lain yang senasib. Sistem kamar harus dibuat sedemikian rupa agar privasi (bagi yang sudah berkeluarga) terjaga. Anak2 harus diberi hiburan tersendiri agar tidak cepat stres. Logistik dan dapur umum hrs dikelola sebaik mgkn, dgn memperhatikan kehigienisan makanan/minuman. Tim medis hrs disiagakan utk memperhatikan kesehatan pengungsi, sukarelawan, dan pihak terkait lainnya. Harus ada trauma healing dan siraman rohani juga. Semuanya harus dikelola melalui
manajemen pengungsian yang baik agar hak2 para korban terpenuhi dan
risiko terjadinya konflik bisa diminimalisir. Kehadiran & dukungan moril diperlukan dari kepala daerah, menteri terkait, bhkn kepala negara jika memang sdh masuk kategori bencana nasional.
Pengungsian korban bencana banjir dan longsor memang tidak sekompleks korban bencana gempa bumi dan tsunami. Jadi, tenda darurat yang dibutuhkan pun lebih sedikit dengan durasi mengungsi yang lebih sebentar. Dapur umum tetap diaktifkan dengan melibatkan koki yang handal, mengerti masakan yang berkualitas, halal, dan higienis (kalau pengungsi mengalami diare massal akan jadi masalah baru😜). Apalagi saat musim peralihan dan penghujan, risiko terkena berbagai macam penyakit seperti flu, diare, demam berdarah, dsb, semakin meningkat. Penyebaran kuman penyakit saat musim peralihan dan penghujan semakin cepat dan meningkat, jadi harus diwaspadai juga.
Namun, fokus utama terhadap korban bencana banjir dan longsor adalah penyediaan alat kebersihan yang mumpuni untuk membersihkan rumah dan jalan sekitar pasca banjir. Sedangkan untuk pembersihan rumah dan jalan pasca longsor, dibutuhkan alat2 berat dan melibatkan banyak pihak. Hal ini penting agar korban tidak terlalu lama mengungsi di tenda pengungsian. Di samping itu, perlu diperhatikan apakah ada potensi penjarahan oleh para pelaku kriminal yang ingin memanfaatkan situasi daerah yang tidak dihuni sementara akibat bencana (perlu ada koordinasi antara warga, kepolisian setempat, dan tentara). Korban bencana banjir dan longsor juga rentan mengalami sakit, baik fisik maupun mental (walaupun tidak separah korban bencana gempa bumi dan tsunami), jadi perlu dilibatkan tim medis yang tanggap serta psikolog yang handal. Terakhir, jika terlalu lama mengungsi, bisa juga dihadirkan entertainer dan orang2 yang inspiratif untuk menghibur para pengungsi
4. Penegakan hukum untuk perusak alam masih harus ditingkatkan
Selama ini, si perusak alam secara berlebihan (terutama korporat kelas kakap), termasuk pabrik2 pencemar lingkungan jarang sekali tersentuh hukum dan ditindak oleh kepolisian. Ini harus menjadi perhatian serius, mengingat dampak merusaknya dan yang akan jadi korban justru warga sekitar pabrik/perusahaan yang tidak tahu apa2. Slogan hukum tumpul ke atas tapi tajam ke bawah tampaknya masih berlaku dalam hal kasus perusakan lingkungan. Ingat, cuaca ekstrem terjadi akibat pemanasan global dan rusaknya alam akibat ulah manusia!
5. Memperbanyak amal kebaikan, ibadah, dan berdoa
Jikalau bencana pun tetap terjadi, setidaknya amal kebaikan, ibadah, dan
doa menjadi penyelamat agar mendapatkan jalan terbaik di dunia maupun
di akhirat, serta akan mendapatkan pertolongan dari arah yang tidak diduga2. Aamiin😇Pengungsian korban bencana banjir dan longsor memang tidak sekompleks korban bencana gempa bumi dan tsunami. Jadi, tenda darurat yang dibutuhkan pun lebih sedikit dengan durasi mengungsi yang lebih sebentar. Dapur umum tetap diaktifkan dengan melibatkan koki yang handal, mengerti masakan yang berkualitas, halal, dan higienis (kalau pengungsi mengalami diare massal akan jadi masalah baru😜). Apalagi saat musim peralihan dan penghujan, risiko terkena berbagai macam penyakit seperti flu, diare, demam berdarah, dsb, semakin meningkat. Penyebaran kuman penyakit saat musim peralihan dan penghujan semakin cepat dan meningkat, jadi harus diwaspadai juga.
Namun, fokus utama terhadap korban bencana banjir dan longsor adalah penyediaan alat kebersihan yang mumpuni untuk membersihkan rumah dan jalan sekitar pasca banjir. Sedangkan untuk pembersihan rumah dan jalan pasca longsor, dibutuhkan alat2 berat dan melibatkan banyak pihak. Hal ini penting agar korban tidak terlalu lama mengungsi di tenda pengungsian. Di samping itu, perlu diperhatikan apakah ada potensi penjarahan oleh para pelaku kriminal yang ingin memanfaatkan situasi daerah yang tidak dihuni sementara akibat bencana (perlu ada koordinasi antara warga, kepolisian setempat, dan tentara). Korban bencana banjir dan longsor juga rentan mengalami sakit, baik fisik maupun mental (walaupun tidak separah korban bencana gempa bumi dan tsunami), jadi perlu dilibatkan tim medis yang tanggap serta psikolog yang handal. Terakhir, jika terlalu lama mengungsi, bisa juga dihadirkan entertainer dan orang2 yang inspiratif untuk menghibur para pengungsi
4. Penegakan hukum untuk perusak alam masih harus ditingkatkan
Selama ini, si perusak alam secara berlebihan (terutama korporat kelas kakap), termasuk pabrik2 pencemar lingkungan jarang sekali tersentuh hukum dan ditindak oleh kepolisian. Ini harus menjadi perhatian serius, mengingat dampak merusaknya dan yang akan jadi korban justru warga sekitar pabrik/perusahaan yang tidak tahu apa2. Slogan hukum tumpul ke atas tapi tajam ke bawah tampaknya masih berlaku dalam hal kasus perusakan lingkungan. Ingat, cuaca ekstrem terjadi akibat pemanasan global dan rusaknya alam akibat ulah manusia!
5. Memperbanyak amal kebaikan, ibadah, dan berdoa
Setiap bencana memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan manajemen mitigasi yang berbeda pula. Bencana banjir dan longsor yang diawali cuaca ekstrem bisa jadi akibat kerusakan alam yang diakibatkan ulah manusia, sehingga semua yang tinggal di daerah yang terdampak bencana tersebut kena getahnya. Cuaca ekstrem muncul akibat pemanasan global dan pemanasan global terjadi lagi2 akibat ulah manusia. Semoga dengan adanya manajemen mitigasi bencana yang baik, risiko dan korban jiwa yang tidak diinginkan dapat diminimalisir, serta kita dapat lebih peduli dan menjaga keseimbangan alam ini😇.
Arti: Maha Suci ALLAH yang Petir dan Para Malaikat Bertasbih dgn Memuji-Nya karena Rasa Takut Kepada-Nya |
Blog 2: healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3: listrikvic.blogspot.com