Tahun 2019 harus diakui menjadi tahun terbaik bagi kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Inggris, yaitu Liga Primer Inggris / English Premier League. Indikatornya:
1. Wakil dari Liga Primer Inggris berjaya di babak final pada dua kompetisi terbaik benua Eropa (bahkan diakui yang terbaik juga di dunia) yaitu:
1. Wakil dari Liga Primer Inggris berjaya di babak final pada dua kompetisi terbaik benua Eropa (bahkan diakui yang terbaik juga di dunia) yaitu:
- Kasta pertama final Liga Champions UEFA 2018/2019, diwakili Tottenham Hotspur vs Liverpool, dengan skor 0-2 dan juaranya Liverpool
- Kasta kedua final Liga Eropa UEFA 2018/2019, diwakili Chelsea vs Arsenal, dengan skor 4-1 dan juaranya Chelsea
Dominasi tersebut masih berlanjut karena sang juara dari kedua kompetisi tersebut akan dipertemukan kembeli dan berduel memperebutkan piala Super Eropa 2019.
2. Sebanyak 17 tim Liga Primer mendapatkan pemasukan hak siar yang lebih besar dari liga-liga lainnya, bahkan dari juara Liga Champions UEFA itu sendiri (sumber: goal.com). Jangan heran, pemasukan tim-tim medioker dari liga kompetitor jauh lebih rendah dengan tim-tim medioker Liga Primer Inggris. Hal itulah yang membuat investor lebih senang berinvestasi di Liga Primer Inggris dan tentu saja menarik minat pemain berikut pelatih kelas dunia untuk bergabung di Liga Primer Inggris
3. Uang melimpah & sponsor berdatangan. Tentu saja dengan keadaan tersebut bisa membeli fasilitas terbaik, termasuk VAR/Video Assistant Referee) yang harganya mencapai Rp. 7 Miliar😱. Ujung dari pengadaan fasilitas terbaik tentu saja kualitas liga yang berujung pada prestasi tim nasional. Liga Inggris menjadi surga bagi pemain maupun pelatih lokal Inggris, Eropa, maupun luar Eropa untuk meningkatkan performa terbaiknya hingga dilirik tim nasional.
2. Sebanyak 17 tim Liga Primer mendapatkan pemasukan hak siar yang lebih besar dari liga-liga lainnya, bahkan dari juara Liga Champions UEFA itu sendiri (sumber: goal.com). Jangan heran, pemasukan tim-tim medioker dari liga kompetitor jauh lebih rendah dengan tim-tim medioker Liga Primer Inggris. Hal itulah yang membuat investor lebih senang berinvestasi di Liga Primer Inggris dan tentu saja menarik minat pemain berikut pelatih kelas dunia untuk bergabung di Liga Primer Inggris
3. Uang melimpah & sponsor berdatangan. Tentu saja dengan keadaan tersebut bisa membeli fasilitas terbaik, termasuk VAR/Video Assistant Referee) yang harganya mencapai Rp. 7 Miliar😱. Ujung dari pengadaan fasilitas terbaik tentu saja kualitas liga yang berujung pada prestasi tim nasional. Liga Inggris menjadi surga bagi pemain maupun pelatih lokal Inggris, Eropa, maupun luar Eropa untuk meningkatkan performa terbaiknya hingga dilirik tim nasional.
Kompetisi kasta tertinggi sepak bola di Indonesia (Liga 1) sebenarnya cukup prospektif. Sepak bola menjadi industri yang menggiurkan dan menggerakkan ekonomi kreatif bangsa. Namun, apakah itu saja cukup? Liga 1 Indonesia yang tahun lalu menempati peringkat 3 terbawah di Asia Tenggara (sumber: okezone.com), ternyata masih memiliki banyak masalah yang harus dibenahi, mulai dari jadwal pertandingan yang mudah sekali berubah dan ditunda, izin keramaian yang sulit didapat, wasit yang tidak adil, isu pengaturan skor, sampai kerusuhan oknum suporter yang masih saja terjadi.
Sudah saatnya operator Liga 1 Indonesia mengadakan riset, studi, banding, dan juga ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) terhadap kesuksesan Liga Primer Inggris yang sebentar lagi kembali dimulai (tanggal 10 Agustus 2019). Tentunya disesuaikan dengan kondisi yang ada, seperti finansial, perangkat pertandingan, ahli IT, dan sebagainya.
Apa saja yang harus mulai ditiru dari Liga Primer Inggris demi kemajuan Liga 1 Indonesia?
1. Menyusun jadwal pertandingan secara tertib & sistematis, jarang sekali ditunda
- Di samping menggunakan sistem komputerisasi, penyusunan jadwal Liga Primer Inggris harus mendapatkan kesepakatan dari semua klub yang bertanding, termasuk pihak keamanan setempat
- Di Indonesia, saya perhatikan sistemnya kumaha engke/gimana nanti, yang penting operator sudah melaksanakan tugasnya untuk menyusun jadwal tanpa melibatkan pemangku kepentingan/stakeholder lain seperti klub yang bertanding dan pihak keamanan. Jangan heran, baru beberapa pertandingan sudah ada keberatan dari pihak klub dan pertandingan tiba-tiba ditunda akibat tidak mendapat izin keramaian dari kepolisian. Belum lagi jadwal pertandingan tunda terkadang terlalu dekat dengan pertandingan reguler.
2. Pihak kepolisian ikut aktif dan terlibat sejak awal penyusunan jadwal pertandingan, jarang mendengar izin keramaian tidak didapat
- Di Liga Primer Inggris, sejak jadwal dirumuskan, pihak keamanan setempat dilibatkan apakah jadwal pertandingan memang benar-benar aman untuk dilaksanakan atau tidak. Jika izin keramaian tidak didapat, itu benar-benar akibat situasi yang sangat darurat/di luar kemampuan manusia
- Di Indonesia. sistemnya kumaha engke/gimana nanti, pihak keamanan diberi jadwal pertandingan resmi, baru nyadar saat hari-H berdekatan dengan hari buruh, bentrok dengan pemilu, bentrok dengan kunjungan tamu negara, dan sebagainya. Akibatnya harus mengalah dan pertandingan sering ditunda, mengingat jumlah polisi masih tidak sebanding dengan penduduk setempat
- Ada peran asisten kepolisian dari pihak sipil (mirip satpol lah) yang disebut steward. Di Inggris, steward harus fokus menghadap penonton, sementara di Indonesia, steward malah ikut menonton bola, mungkin ke depannya harus direkrut steward yang bukan penggila bola hehe..
- Dilansir dari boombastis.com, demi menjaga keamanan suatu negara secara optimal, PBB menyarankan agar jumlah polisi sebanyak 222 untuk 100 ribu penduduk atau 1 polisi untuk 450 penduduk
- Di Inggris, rasio polisi dengan jumlah penduduk belum ideal (untuk rasionya saya belum dapat info) akibat masalah anggaran tahun 2018 yang menyebabkan banyak polisi yang terpaksa berhenti bekerja. Sementara di Indonesia, jumlah polisinya termasuk yang terbanyak di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, & Rusia. Tapi, anehnya tetap saja rasionya belum ideal, yaitu 1 polisi untuk 750 penduduk
- Walaupun rasio polisi di Ingris dan Indonesia sama-sama belum ideal, tapi tidak ada salahnya pihak kepolisian di Indonesia mengadakan riset dan studi banding ke Inggris, khususnya yang berkaitan dengan keamanan dan izin keramaian pertandingan sepak bola, karena jujur saja, kepolisian di Inggris lebih baik dalam mengamankan pertandingan sepak bola, termasuk dalam hal memberikan izin keramaian. Seharusnya bisa dibuat lebih simpel dan tidak ribet.
3. Sumber daya manusia dan fasilitas pendukung yang berkualitas
- Untuk sumber daya manusia adalah kualitas pemain, tim pelatih, manajemen, wasit, operator liga, sampai suporternya sendiri. Lihat saja, jarak antara lapangan dengan bangku penonton sangat dekat, karena begitu yakin pertandingan akan tertib ditambah diawasi secara profesional. Oknum suporter Inggris pernah berbuat onar & brutal, dikenal dengan nama Hooligan, tapi semakin ke sini sudah semakin tertib mengingat oknum tersebut mendapatkan hukuman yang setimpal, bahkan sampai ada yang dihukum penjara seumur hidup
- Untuk suporter Liga 1 Indonesia, jarak antara lapangan dengan bangku penonton cukup jauh dan dibatasi sekat/pagar yang tinggi. Ini menandakan masih ada kekhawatiran suporter berbuat ulah. Ke depannya, perlu ada riset dan studi banding ke Inggris, bagaimana mereka berperilaku. Semua memiliki peran demi memajukan sepak bola.
- Sedangkan fasilitas pendukung seperti stadion, kondisi rumput, lahan parkir, perangkat teknologi (IT), perlengkapan untuk pemain, sport science, dan sebagainya. Semuanya tersedia dengan kualitas nomor 1, sehingga menjadi bahan riset dan studi banding untuk PSSI dan operator liga. Jika kualitas kompetisi semakin bagus, sponsor akan berdatangan, dan fasilitas terbaik akan didapatkan. Suporter pun akan betah berlama-lama di stadion dan rela mengeluarkan uang sebanyak apapun demi tim kesayangannya
4. Liga wajib berhenti saat tim nasional main atau ada Liga Champions
- Sehebat-hebatnya Liga Primer Inggris, pengelola setempat tetap tunduk pada organisasi sepak bola tertinggi di Inggris (FA), eropa (UEFA) dan tentu saja induknya (FIFA). Harus ada kesamaan persepsi dari FIFA dan cabangnya agar pelaksanaan liga ujungnya adalah tim nasional (timnas). Jadwal pertandingan dibuat sedemikian rupa agar jadwal timnas dan liga tidak bentrok. Ada waktu recovery walaupun masih diprotes klub akibat belum ideal, apalagi di Liga Primer Inggris ada pertandingan lembur saat libur akhir tahun/Boxing Days, tapi karena demi bisnis dan sudah disepakati bersama ya sudah dipatuhi saja. Juga ada Liga Champions UEFA & Liga Eropa UEFA. Bagi wakil Liga Primer Inggris yang berlaga di salah satu ajang tersebut disesuaikan jadwalnya
- Terkadang dikenal istilah virus FIFA di mana banyak pemain tumbang akibat turnamen tim nasional yang terlampau padat, mengingat jadwal di klubnya pun sudah luar biasa banyak. Namun mengingat ini sudah jadi kesepakatan bersama, maka risikonya pun ditanggung bersama, jadi bukan ulah FIFA🤪
- Nah uniknya di Indonesia, PSSI sebagai organisasi sepak bola tertinggi justru berani melanggar aturan FIFA dengan berdalih ada statuta PSSI yang lebih diprioritaskan untuk dipatuhi. Contoh: liga main timnas tetap jalan seperti sudah menjadi tradisi, toh klub yang pemainnya dipanggil timnas mendapatkan kompensasi yang besar. Ini sama saja membuat klub kehilangan sebagian kekuatannya di liga & hancur secara perlahan. Sebenarnya kalau niat, klub yang dirugikan bisa mengadu ke FIFA, masalahnya mereka sudah dibungkam oleh kompensasi dari PSSI dan malah takut dituntut balik mungkin hehe... Tapi, walau bagaimanapun, tradisi buruk tersebut harus diubah. Operator Liga 1 Indonesia juga wajib mengakomodir wakil Liga 1 Indonesia yang berjuang di Liga Champions Asia maupun Piala AFC.
- Nah uniknya di Indonesia, PSSI sebagai organisasi sepak bola tertinggi justru berani melanggar aturan FIFA dengan berdalih ada statuta PSSI yang lebih diprioritaskan untuk dipatuhi. Contoh: liga main timnas tetap jalan seperti sudah menjadi tradisi, toh klub yang pemainnya dipanggil timnas mendapatkan kompensasi yang besar. Ini sama saja membuat klub kehilangan sebagian kekuatannya di liga & hancur secara perlahan. Sebenarnya kalau niat, klub yang dirugikan bisa mengadu ke FIFA, masalahnya mereka sudah dibungkam oleh kompensasi dari PSSI dan malah takut dituntut balik mungkin hehe... Tapi, walau bagaimanapun, tradisi buruk tersebut harus diubah. Operator Liga 1 Indonesia juga wajib mengakomodir wakil Liga 1 Indonesia yang berjuang di Liga Champions Asia maupun Piala AFC.
Final Liga Champions 2019 Dikuasai Wakil Liga Primer Inggris. Bahkan, Liga Primer Inggris Banyak Mengorbitkan Pemain Tim Nasional Kelas Dunia. Sumber Gambar Logo: Akun IG real.stav |
5. VAR
- VAR atau Video Assistant Referee merupakan teknologi yang membantu wasit untuk meninjau keputusan wasit utama dengan melihat rekaman video instan dan dikerjakan oleh beberapa pegawai khusus yang profesional tapi netral, biasanya meninjau apakah pemain lawan handsball atau tidak, diving atau tidak, bola sudah keluar lapangan atau belum, bola sudah melewati garis gawang (gol) atau tidak, & pemain sudah terjebak offside atau belum
- Demi meminimalisir kesalahan, VAR resmi digunakan di Liga Primer Inggris mulai musim 2019/2020 dan disetujui oleh klub yang terlibat di kompetisi. Tidak hanya kesiapan teknologinya, tapi juga pihak yang mengoperasikannya dan juga komunikasi efektif antara pihak yang mengoperasikan VAR dengan pengambil keputusan dalam pertandingan, yaitu tim wasit (sumber: www.tribunnews.com)
- Sedangkan operator Liga 1 Indonesia siap untuk menggunakan VAR pada putaran kedua kompetisi mulai musim 2019/2020 (sumber: bolatimes.com). Harga perangkat VAR lebih dari Rp. 7 Miliar. Masalahnya, sesuai standar FIFA, anggaran VAR dibebankan kepada klub tuan rumah. Untuk klub elite sih tidak masalah? tapi bagaimana dengan klub kecil? apa perlu disubsidi? atau ada sponsor khusus? Bagaimana dengan utang klub dan operator liga sebelumnya? Semoga bisa terealisasi putaran kedua musim ini, tapi dengan catatan utang klub dan operator liga diselesaikan terlebih dahulu. Di-update 18 Juni 2019: PSSI & operator liga 1 tahun 2019 batal menggunakan VAR dikarenakan keterbatasan Sumber Daya Manusia/SDM #sudahkuduga (sumber: https://bolalob.com).
- Sedangkan operator Liga 1 Indonesia siap untuk menggunakan VAR pada putaran kedua kompetisi mulai musim 2019/2020 (sumber: bolatimes.com). Harga perangkat VAR lebih dari Rp. 7 Miliar. Masalahnya, sesuai standar FIFA, anggaran VAR dibebankan kepada klub tuan rumah. Untuk klub elite sih tidak masalah? tapi bagaimana dengan klub kecil? apa perlu disubsidi? atau ada sponsor khusus? Bagaimana dengan utang klub dan operator liga sebelumnya? Semoga bisa terealisasi putaran kedua musim ini, tapi dengan catatan utang klub dan operator liga diselesaikan terlebih dahulu. Di-update 18 Juni 2019: PSSI & operator liga 1 tahun 2019 batal menggunakan VAR dikarenakan keterbatasan Sumber Daya Manusia/SDM #sudahkuduga (sumber: https://bolalob.com).
6. Transparansi pengelolaan liga dan klub
- Transparansi utamanya dalam hal finansial, yaitu apa saja dan berapa pemasukan untuk liga maupun klub, bagaimana pengelolaannya, pembagian pendapatannya, serta pengeluarannya. Pengeluaran terbesar untuk mengontrak dan menggaji pemain berikut pelatih (dijelaskan secara rinci besaran nilai kontrak, gaji, durasi kontrak, asuransi, dan sebagainya). Operator Liga Primer Inggris berikut klub yang terlibat begitu disiplin dalam hal transparansi keuangan
- Sementara Liga 1 Indonesia masih menganggap beberapa hal (yang harusnya dibuka secara transparan) justru terlihat disembunyikan dengan dalih itu rahasia dan privasi perusahaan yang sudah diatur secara khusus (ada hukum perusahaannya). Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan, apalagi jika harta pribadi pemilik klub mencakup keuangan klub, seharusnya dipisah. Misal: tahun lalu klub Sriwijaya FC yang bertabur bintang tiba-tiba kolaps akibat manajernya kalah pilkada, ngutang, dan terpaksa mengorbankan keuangan klub, akhirnya pemain bintangnya kabur, prestasi tim hancur, dan degradasi ke Liga 2. Beruntung, kondisi klub masih bisa diselamatkan. Belum lagi, ada klub yang menunggak gaji pemain, masalah transparansi gaji pemain, hak siar, lalu operator Liga 1 masih berutang, PSSI terkontaminasi politik+konflik kepentingan, dan sebagainya. Semuanya bermuara pada transparansi yang hanya setengah-setengah. Sudah saatnya manajemen klub, operator Liga 1, dan juga PSSI belajar lah ke operator Liga Primer Inggris, klub-nya, dan juga FA (PSSI-nya Inggris)
7. Penegakan hukum
7. Penegakan hukum
- Liga Inggris disebut-sebut sebagai liga termahal di dunia, maka penegakan hukumnya pun tidak main-main dendanya, bahkan FA sangat detail mencari kesalahan pemain dan klub, terutama pemain bintang dan klub elite
Contoh:
a. Tendangan kungfu Cantona ke arah suporter diganjar hukuman dilarang bermain selama 9 bulan+denda Rp. 428 juta
b. Rio Ferdinand lupa menghadiri tes doping diganjar hukuman dilarang bermain selama 8 bulan+denda Rp. 713 juta
c. Roy Keane membuat pengakuan di autobiografinya bahwa dia sengaja mencederai seorang pemain lawan (Alf-Inge Halland) pada derby manchester diganjar hukuman denda Rp. 2 Miliar
d. Klub pun dibayang-bayangi sanksi financial player seperti yang dialami Chelsea awal 2019 akibat merekrut pemain di bawah umur. Sanksinya pun tidak main-main, dilarang beraktivitas dalam 2 jendela transfer & denda total Rp. 15,5 Miliar
(Sumber: bola.tempo.co dan bola.kompas.com)
- Bagaimana penegakan hukum di Liga 1 Indonesia? dendanya belum seberani Liga Primer Inggris😜 & berkaca pada tahun lalu, komisi disipilin PSSI cenderung tebang pilih, ada yang pelanggarannya berat hukumannya ringan, sebaliknya ada yang pelanggarannya ringan justru hukumannya berat. Tapi ada juga yang sesuai/adil walaupun belum menyentuh dalangnya, seperti:
a. Kasus pengaturan skor (sampai 4 kali) dilakukan oleh klub PS Mojokerto diganjar hukuman satu musim tidak boleh ikut kompetisi apapun
b. Kasus suap yang dilakukan anggota komite eksekutif PSSI Hidayat diganjar dilarang beraktivitas di dalam dunia sepak bola selama 3 tahun dan denda Rp. 150 juta
(Sumber: www.cnnindonesia.com)
Tapi tetap saja perlu ada perombakan komisi displin PSSI ke depannya, rekrut orang hukum berkualitas tapi netral, tidak punya kepentingan apapun, fokus bekerja, tidak menyambi, mengerti seputar hukum sepak bola di Indonesia dan dunia, mengusut akar masalah dari suatu kasus (ini masih kurang), serta belajar ke komisi disiplin FA Liga Primer Inggris.
Demikian artikel ini saya buat, memang Liga Primer Inggris masih menyimpan kelemahan, seperti dianggap terlalu mahal lah, jadwal Boxing Days yang tidak manusiawi, dan terlalu banyak pemain asingnya, tapi itu semua tertutupi dengan kelebihannya, sehingga pantas disebut sebagai Liga terbaik di dunia. Liga 1 Indonesia sudah sepatutnya melakukan ATM (Amati, Tiru, & Modifikasi) terhadap Liga Primer Inggris, tentunya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan, agar menjadi liga terbaik, minimal di Asia Tenggara dulu. Kalu sudah begitu, prestasi timnas akan mengikuti.
Oh ya, mumpung masih suasana Lebaran, mohon maaf lahir batin ya, mohon maaf juga jika artikel blog ini masih banyak kekurangan (dengan senang hati saya nantikan masukannya untuk perbaikan blog ini)😇.
Silakan mampir juga ke blog saya yang kedua (tentang kesehatan dan kemanusiaan, full text english) dan ketiga (tentang masalah dan solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut link-nya:
Contoh:
a. Tendangan kungfu Cantona ke arah suporter diganjar hukuman dilarang bermain selama 9 bulan+denda Rp. 428 juta
b. Rio Ferdinand lupa menghadiri tes doping diganjar hukuman dilarang bermain selama 8 bulan+denda Rp. 713 juta
c. Roy Keane membuat pengakuan di autobiografinya bahwa dia sengaja mencederai seorang pemain lawan (Alf-Inge Halland) pada derby manchester diganjar hukuman denda Rp. 2 Miliar
d. Klub pun dibayang-bayangi sanksi financial player seperti yang dialami Chelsea awal 2019 akibat merekrut pemain di bawah umur. Sanksinya pun tidak main-main, dilarang beraktivitas dalam 2 jendela transfer & denda total Rp. 15,5 Miliar
(Sumber: bola.tempo.co dan bola.kompas.com)
- Bagaimana penegakan hukum di Liga 1 Indonesia? dendanya belum seberani Liga Primer Inggris😜 & berkaca pada tahun lalu, komisi disipilin PSSI cenderung tebang pilih, ada yang pelanggarannya berat hukumannya ringan, sebaliknya ada yang pelanggarannya ringan justru hukumannya berat. Tapi ada juga yang sesuai/adil walaupun belum menyentuh dalangnya, seperti:
a. Kasus pengaturan skor (sampai 4 kali) dilakukan oleh klub PS Mojokerto diganjar hukuman satu musim tidak boleh ikut kompetisi apapun
b. Kasus suap yang dilakukan anggota komite eksekutif PSSI Hidayat diganjar dilarang beraktivitas di dalam dunia sepak bola selama 3 tahun dan denda Rp. 150 juta
(Sumber: www.cnnindonesia.com)
Tapi tetap saja perlu ada perombakan komisi displin PSSI ke depannya, rekrut orang hukum berkualitas tapi netral, tidak punya kepentingan apapun, fokus bekerja, tidak menyambi, mengerti seputar hukum sepak bola di Indonesia dan dunia, mengusut akar masalah dari suatu kasus (ini masih kurang), serta belajar ke komisi disiplin FA Liga Primer Inggris.
Demikian artikel ini saya buat, memang Liga Primer Inggris masih menyimpan kelemahan, seperti dianggap terlalu mahal lah, jadwal Boxing Days yang tidak manusiawi, dan terlalu banyak pemain asingnya, tapi itu semua tertutupi dengan kelebihannya, sehingga pantas disebut sebagai Liga terbaik di dunia. Liga 1 Indonesia sudah sepatutnya melakukan ATM (Amati, Tiru, & Modifikasi) terhadap Liga Primer Inggris, tentunya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan, agar menjadi liga terbaik, minimal di Asia Tenggara dulu. Kalu sudah begitu, prestasi timnas akan mengikuti.
Oh ya, mumpung masih suasana Lebaran, mohon maaf lahir batin ya, mohon maaf juga jika artikel blog ini masih banyak kekurangan (dengan senang hati saya nantikan masukannya untuk perbaikan blog ini)😇.
تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّ وَ مِنْكُمْ |
Blog 3: listrikvic.blogspot.com