Musim
hujan kali ini memang dinanti setelah Indonesia dilanda kemarau berkepanjangan sehingga musim hujan mengalami kemunduran.
Jika bulan November-Desember 2019 menjadi awal musim hujan, maka bulan Januari-Februari 2020 diprediksi menjadi puncak musim hujan yang bagi daerah tertentu bisa membuat was-was akibat rawan banjir dan longsor.
Karakteristik hujan yang ada harus diperhatikan, ada hujan berkah
yang menyuburkan (umumnya hujan ringan tanpa badai petir dan angin
kencang), dan ada hujan merusak yang bisa membawa bencana. Seringkali
karakteristik hujan merusak ini kurang diperhatikan, tahu2 terjadi
bencana saja dan menimbulkan kerugian yang besar.
Ciri khas munculnya
cuaca buruk/ekstrem/siklon tropis/hujan merusak adalah diawali gumpalan
awan mendung pekat yang terlihat rendah posisinya namun menjulang
seperti menara & menggelayut di langit (disebut awan kumulonimbus),
perubahan suhu (tiba2 dingin menusuk tulang), munculnya badai petir
(bisa sblm/saat/sesudah hujan), hujan lebat (terkadang hujan es juga),
serta angin kencang (kondisi tertentu bahkan angin puting beliung)
dengan durasi bervariasi. Hujan merusak tsb sesekali muncul saat musim
hujan, cukup sering saat puncak musim hujan, dan terutama akan lebih
sering terjadi saat musim peralihan.
Disebut hujan siklon tropis (trmsk hujan ekstrem) karena seperti ada putaran
kipas angin raksasa di langit yang meniup air hujan shg bergerak tdk
beraturan, cenderung memutar, & lebat. Putaran kipas angin pun tdk
menentu, awlnya biasa, lalu smkn kencang, tiba2 berhenti, lalu muncul
lagi (spt kipas angin di rumah ada
switch on/off berikut level putaran kipas mulai dari
low, medium, & high,
dipencet sesuka hati😜). Tentu saja disertai angin & badai petir yg
dahsyat. Saat hujan siklon tropis, posisi awan pekat terlihat lbh
rendah dari biasanya, membuat sambaran petir akn lbh membahayakan, &
bahkan mencapai ke darat. Ketika hujan reda pun tidak jaminan petir
hilang, justru bisa saja malah semakin galak utk kemudian terjadi hujan
ekstrem lagi.
Hujan saat musim peralihan cenderung
sporadis, antara kota yg berbatasan lgsg bisa berbeda cuacanya. Sdgkn
saat musim hujan, hujannya cenderung merata. Sambaran petir dengan suara
yang menggelegar juga harus diwaspadai mengingat berasal dari awan
rendah mendung pekat menggumpal yang disebut kumulonimbus (perhatikan
posisinya selalu lebih rendah dari awan putih). Jangan berteduh di bawah
pohon, dkt tiang listrik (apalagi kabel SUTET), atau di lapangan
terbuka jika cuaca buruk. Stop bermain spk bola di lapangan terbuka
selama cuaca buruk, bhkn ketika hujan sdh reda pun, krn itu saat2 rawan
petir kembali muncul. Jika rumah terletak dekat lapangan terbuka &
sawah luas (walau rumah tdk bertingkat), segera pasang penangkal petir.
Di Indonesia, ada 2 kota dgn jumlah sambaran petir tertinggi, yaitu
Bogor dan
Depok
(sekitar 700 ribu sambaran petir per tahun😱). Apalagi Bogor berada di
dataran tinggi dengan potensi terjadinya awan pembentuk petir smkn
tinggi. Tak heran Bogor dikenal sbg kota hujan (sumber: Koran Pikiran
Rakyat 19 November 2018). Menurut Perdinan, ahli spasial klimatologi
Institut Pertanian Bogor (IPB), khusus di Bogor Selatan, potensi
terjadinya angin kencang saat musim peralihan cukup tinggi, mengingat
Bogor selatan memiliki struktur kawasan yg berkontur tdk datar,
topografi yg lbh tinggi, & berbentuk lembah. Dan mnrt sy mgkn juga
di daerah tsb terlalu gersang, rumah berderet rapat tanpa ada Ruang
Terbuka Hijau (RTH).
Hujan ekstrem sebagai bagian dari
cuaca ekstrem seperti halnya kemarau berkepanjangan, angin puting
beliung, badai tornado, dan juga badai salju. Saya pernah mendapatkan
info bahwa
cuaca ekstrem akan lebih sering menyergap daerah yang
gersang, yang jarang pepohonannya. Bnyk pepohonan dpt memecah angin shg
mencegah terjadinya angin puting beliung. Tentu sj pohonnya hrs kokoh,
bkn pohon tua yg rentan tumbang. Hal tsb diawali di perumahan. Jadi,
setiap rumah wajib memiliki taman, itu sudah menjadi bagian RTH, walau
dlm lingkup yg kecil.
Ketika bepergian pun menjadi was-was, baik
menggunakan mobil pribadi/kereta api/transportasi darat lain (takut
banjir dan longsor), kapal laut (takut gelombang tinggi), bahkan pesawat
(takut cuaca buruk yang membahayakan penerbangan). Kondisi tanah yang
stabil saat musim kemarau (terutama di zona rawan longsor), menjadi
labil dan rapuh ketika memasuki musim peralihan dan penghujan.
Kecenderungannya begitu tiap tahun, namun ironinya
tingkat kewaspadaan dan manajemen mitigasi bencananya cenderung jalan di
tempat.
Ada
pemikiran orang kolot (jadul) Sunda yang menurut saya keliru, yaitu
hujan mah cai, tong sieun (hujan itu air, ga usah takut). Ya, betul
hujan itu
air, ga perlu takut (bahkan menyenangkan) kalau intensitas hujannya
ringan tanpa membawa "kawan2nya", jenis awan hujannya adalah
nimbostratus, mendungnya biasa, tdk terlalu pekat. Itu yang disebut
hujan yang membawa
berkah dan menyuburkan. Tp, mereka lupa, ada juga karakter hujan yang
merusak, yaitu hujan yang sangat lebat (terkadang campur hujan es juga)
dengan frekuensi dan intensitas
yang lebih tinggi, durasi lebih lama, serta membawa "kawan2nya" yang
"galak" seperti badai petir dan angin kencang (termasuk angin puting
beliung). Bukankah malah
menimbulkan kekhawatiran tersendiri seperti takut banjir, longsor,
tersambar petir, kesetrum listrik, tertimpa pohon/baliho tumbang,
terserang penyakit, barang elektronik rusak, jalan terputus, jaringan
internet terganggu, was-was naik pesawat, khawatir longsor naik kereta api,
dsb. Jenis awan galak tsb disebut kumulonimbus, dgn ciri khas mendung
pekat, ada badai petirnya, & udara tiba2 dingin. Hal-hal
seperti itulah yang masih kurang disadari oleh sebagian warga Jabar (dan
warga Indonesia pada umumnya) atau
mungkin sudah disadari tapi bingung bagaimana menghadapinya, jadi
cenderung pasrah😜. Tentunya itu harus dihindari dengan mengetahui
manajemen mitigasi bencana yang baik.
Saat ini sudah ada 6 daerah berstatus daerah rawan banjir dan longsor di Jawa Barat:
1. Kabupaten Bandung Barat (KBB)
2. Kabupaten Bekasi
3. Kabupaten Bogor
4. Karawang
5. Indramayu
6. Bekasi
(sumber: nasional.tempo.co)
Pengertian mitigasi bencana sendiri menurut pasal 1 Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yaitu serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Sedangkan, mitigasi bencana harus dikelola dengan baik melalui prosedur
yang jelas dan terpadu, agar semua orang memiliki persepsi yang sama,
sehingga perlu adanya manajemen mitigasi bencana. Hal tersebut
menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga masyarakat terdampak, tidak
bisa sepihak. Manajemen mitigasi bencana diawali dengan tindakan preventif (mencegah dari risiko yang lebih besar dan korban jiwa yang lebih banyak) dan represif (tindakan tegas setelah terjadinya bencana) dengan cakupan wilayah di Jawa Barat (Jabar)
A. Tahap Preventif
1.
Menjaga kelestarian alam dan kebersihan lingkungan.
Banjir dan longsor tidak lepas dari kerusakan alam yang dilakukan oleh
manusia. Ini bukan hanya tugas pemerintah setempat, tapi juga menjadi
tanggung jawab warganya. Idealnya dilakukan saat musim kemarau. Kalau
misalnya masih belum optimal, harus dituntaskan sebelum puncak musim
hujan. Langkah2nya:
- Memperbaiki kondisi vegetasi di wilayah hulu untuk mencegah banjir bandang
- Membuang sampah pada tempatnya
- Berdayakan bank sampah (bisa utk menambah penghasilan juga)
-
Memperbanyak tempat sampah agar warga dipaksa untuk bersikap disiplin
membuang sampah. Seringkali alasan buang sampah sembarangan akibat
tempat sampahnya langka
😜
-
Membersihkan selokan, gorong2, dan sungai yang tercemar. Musim
peralihan dan hujan smkn rentan penyakit akibat lingkungan yg kotor, spt
demam berdarah dan diare
- Penghijauan kembali hutan yang gundul (reboisasi)
- Memangkas pohon2 yg sudah tua dan rentan tumbang (tapi hrs sudah dipersiapkan gantinya)
-
Mencabut paku yg menempel di pohon (biasanya akan sering saat musim
kampanye dan promo iklan😜). Pohon pun hrs dirawat dan diapresiasi
sampai ada Hari Pohon Sedunia tanggal 21 November 2018
-
Menanam tanaman penyerap air juga bisa
dijadikan solusi untuk mengurangi dampak banjir, ada beberapa jenis
pohon yang dikenal dapat menyerap air dengan baik yakni pohon bambu,
pohon jati, rumput akar wangi, mahoni, jabon, asam jawa, hingga palem
putri (sumber: www.lamudi.co.id)
- Membuat biopori sebenarnya sangat sederhana. Pertama Anda harus membuat
lubang dengan kedalaman 100 cm, kemudian isi lubang dengan sampah
organik atau sisa tanaman. Agar kuat mulut lubang diberikan semen 2-3 cm
dengan tebal 2 cm. Biaya untuk membuat biopori sendiri sekitar Rp 200
ribu (sumber: www.lamudi.co.id)
- Memperbaiki drainase (saluran air) yang rusak
-
Memperbaiki jalan yang rusak dengan kualitas aspal terbaik (jalan rusak
berarti memperparah terjadinya banjir dan membahayakan pengguna jalan)
- Memeriksa jembatan (apakah kuat menahan derasnya aliran air)
-
Mengetahui bahwa cuaca ekstrem akibat ulah manusia juga, seperti:
penggunaan sampah plastik yang berlebihan, polusi kendaraan bermotor,
boros listrik, dan semakin terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Di Bandung sendiri, sudah mulai dilakukan pembangunan
basement air
di Pagarsih dan Gedebage oleh Pemerintah setempat. Sejauh ini cukup
efektif mengurangi dampak banjir dan kemungkinan akan ditambah
keberadaannya. Di samping itu, Bandung sudah memiliki kolam retensi di
Taman Lansia, Sirnaraga, dan Arcamanik. Kolam retensi sangat bermanfaat
untuk menampung atau meresapkan air sementara. Hanya saja, biayanya
sangat mahal dan lahannya harus luas (sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota
Bandung, dikutip dari Koran Pikiran Rakyat tanggal 29 Oktober 2018)
|
Klik Gambar agar Tulisannya Lebih Jelas |
- Pembuatan sumur resapan di tepi jalan
yang nantinya ditanam di bawah saluran air dan tidak membutuhkan lahan
yang luas. Fungsinya menampung aliran air dari badan jalan menuju tali2
air. Namun ini masih dikaji dan diteliti lebih lanjut oleh pihak
berwenang (sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung, dikutip dari Koran
Pikiran Rakyat tanggal 29 Oktober 2018)
- Dsb
2. Mengetahui
zona rawan banjir di Jabar,
meliputi: Bandung Raya dengan daerah cekungan yang membuat potensi
banjir semakin besar (Cimindi, Baleendah, Cimaung, Cimenyan, Cibaduyut,
Dayeuhkolot, Gedebage, Pagarsih, Lembang, Cisarua, dan Parongpong),
Kabupaten Karawang (siklus lima tahunan), Kabupaten Pangandaran, dan
Bogor (terutama Kecamatan Tanahsareal). Pemerintah Provinsi Jabar
terhitung tanggal 13 November 2018 menetapkan status siaga bencana di
Jabar. Bencana banjir pun telah terjadi meliputi banjir bandang di
Cipatujah (Kabupaten Tasikmalaya) dan banjir tahunan Kabupaten Bandung.
Bahkan, sekarang di Bandung bertambah lagi 2 titik banjir, yaitu di Gang
Tresna Asih (kawasan Pagarsih) dan Jalan Sudirman dekat persimpangan
Jalan Suryani (sumber: Koran Pikiran Rakyat tanggal 16 November 2018).
3. Mengetahui
zona rawan pergerakan tanah di Jabar,
meliputi: Bogor, Depok, Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung Barat,
Kota Bandung (bagian utara), Kabupaten Bandung, Garut, Subang (bagian
selatan), Tasikmalaya (bagian barat), dan Cimahi (bagian utara).
Pemerintah Provinsi Jabar terhitung tanggal 13 November 2018 menetapkan
status siaga bencana di Jawa Barat. Bencana tanah longsor pun telah
terjadi di daerah Gentong (Kabupaten Tasikmalaya) dan Naringgul
(Kabupaten Cianjur)
4.
Mengantisipasi pergerakan tanah, menurut Kepala Bidang Gerakan Tanah pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Agus Budiman,
langkah-langkahnya meliputi:
-
Hindari membangun rumah di jalur air. Jika jalur air makin terjal, maka
potensi pergerakan tanah makin tinggi. Jika sudah terlanjur tinggal di
rumah yang berada di jalur air, maka harus mengenali pergerakan jalur
air. Harus ada siskamling 24 jam untuk mempelajari pergerakan jalur air
dan mengawasi permukiman di daerah belokan sungai. Harus dibuat pula
dinding penahan air di jalurnya untuk mengalihkan jalur air ke daerah
yang lebih landai
- Lihat kemunculan mata air baru. Biasanya, mata
air baruada akibat rekahan baru. Jika rekahannya terlihat, segera
ditutup agar tidak melebar
- Lihat kejernihan air di mata air lama. Bila air berubah keruh, berarti ada erosi di balik permukaan
- Perhatikan kemiringan pohon dan tiang listrik, jika semakin miring, berarti ada pergerakan tanah
- Perhatikan kondisi tanah, terutama tanah yang rentan labil saat diterpa cuaca ekstrem
(Poin 2, 3, dan 4 dikutip dari Koran Pikiran Rakyat tanggal 6 November 2018)
5.
Membangun rumah tahan banjir
Untuk
warga yang tinggal di daerah rawan banjir (tidak mau pindah dengan
berbagai alasan), maka solusi terbaik adalah membangun rumah tahan
banjir. Berikut langkah2nya:
-
Sebenarnya hal utama yang dapat
dilakukan untuk mencegah banjir adalah merenovasi rumah dengan menaikkan
lantai, namun jika Anda tidak memiliki cukup biaya untuk melakukannya
Anda bisa membuat tanggul di depan teras atau pintu masuk rumah. Tanggul
tersebut bisa berupa papan yang dipaku atau tumpukan karung-karung
pasir. Dengan membuat tanggul ini Anda dapat menghalau air ketika banjir
datang (sumber: www.lamudi.co.id)
-
Jika ada biaya lebih, memang baiknya direnovasi total agar rumah benar2
tahan banjir sepenuhnya. Pada dasarnya, kaki2 rumah harus kokoh dan
ditinggikan untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah. Gunakan material
tahan air (termasuk cat), khususnya untuk area yang di bawah. Rancang
pondasi bangunan setidaknya 40-50cm di atas jalanan depan rumah Anda.
Urug tanah minimal 50 cm di atas jalan. Posisikan halaman dan
carport di atas jalan, untuk melindungi barang barang berharga saat
banjir menerjang. Agar pengurugan tanah tidak terlalu padat, lantai dibuat dengan
konstruksi panggung, seperti membuat dua lantai. Memang sedikit lebih
mahal, tetapi pelaksanaannya lebih simpel dan cepat dibanding harus
memadatkannya (sumber: tekniksipilinfo.blogspot.com).
|
Sumber: tekniksipilinfo.blogspot.com |
-
Ada rumah tahan banjir lain bernama rumah amfibi (disebut amfibi karena
bisa mengapung saat banjir terjadi) dengan desain yang lebih simpel,
cocok untuk di daerah padat penduduk. lahan terbatas, namun rawan banjir
(kalau lihat desainnya bisa juga untuk kos2an mahasiswa😜). Rumah amfibi sudah diterapkan di Belanda dan menjadi proyek percontohan arsitektur rumah tahan banjir. Meskipun rumah berdiri di dasar sungai, arsitektur dirancang sedemikian
rupa sehingga rumah dan pondasi bisa mengapung ketika banjir. Listrik
dan saluran pembuangan tetap utuh berkat pipa fleksibel
|
Rumah Amfibi di Belanda. Sumber: rumah.com |
Untuk biaya membuat rumah tahan
banjir, saya belum dapat infonya, tapi yang jelas biayanya di atas rumah normal
pada umumnya, mengingat pembangunannya lebih kompleks.
6.
Membangun rumah tahan longsor
- Pada dasarnya seperti rumah pada umumnya, namun pondasinya yang diperkokoh. Teknik konstruksi itu disebut dengan
soil nailing. Praktisi Konstruksi Basuki Winanto mengatakan,
soil nailing
ini bisa diaplikasikan terhadap konstruksi bangunan sebagai perkuatan
untuk menahan bangunan yang berada di daerah miring atau rawan longsor. Jadi kalau untuk tahan longsor, berarti
kondisi tanahnya itu labil. Kalau posisinya di lereng, biasanya ada
beberapa
treatment. Salah satunya
treatment-nya bisa pakai
soil nailing. Artinya tanah yang ada, dibor secara miring, kemiringan itu agak ke dalam lalu kemiringan itu dimasukin besi beton, lalu di-
grooting/dimasukkan campuran semen (sumber: finance.detik.com)
|
Soil Nailing. Sumber:cforcivil |
- Membangun bronjong, yaitu anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng atau
galvanis. Anyaman kawat baja ini membentuk sebuah kotak atau balok.
Bagian dalamnya diisi dengan batu-batu berukuran besar untuk mencegah
erosi
|
Bronjong Penahan Longsor dan Menjaga Tepi Sungai dari Erosi. Sumber: www.dekoruma.com |
7.
Pendidikan mitigasi bencana dan menjaga alam di Sekolah Formal
Pemerintah
harus memasukkan pendidikan manajemen mitigasi bencana dan menjaga alam
ke dalam kurikulum pendidikan dan menjadi bagian dari pendidikan
formal, seperti halnya mata pelajaran matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), dsb. Menurut saya, selama ini pendidikan di Indonesia terlalu
dijejali ilmu sains yang menitikberatkan otak kiri (ini harus
dikurangi), dibebani sistem peringkat yg cenderung membanding2kan (di
luar peringkat 10 besar dianggap krg pintar), dan kurang memperhatikan
ilmu yang lebih dekat dengan kehidupan
sehari-hari, lingkungan sekitar, termasuk pendidikan moral, seni
kreatif, dan inovatif. Terlalu dijejali ilmu sains membuat murid mudah
stres dan kurang terlihat potensi sesungguhnya. Berbeda dgn di Jepang yg
sdh lbh maju pendidikannya, anak-anak sekolah sudah diajarkan ilmunya
(dan langsung praktik) bagaimana jika terjadi gempa, bagaimana jika
terjadi cuaca ekstrem, bagaimana jika terjadi banjir dan longsor,
bagaimana sikap menghadapi orang asing, bagaimana menjaga kebersihan,
bagaimana bersikap jujur (tidak korupsi), bagaimana membentuk karakter
yang kuat, bagaimana bermimpi besar, bagaimana melestarikan budaya
lokal, bagaimana menjaga kebersihan, bagaimana melestarikan alam, dsb.
Tentunya dibutuhkan keteladanan dan kompetensi juga dari para gurunya.
Ini yang di Indonesia masih kurang. Berkaitan dengan alam, ada semacam
hubungan timbal balik, jika manusianya senang menjaga alam, maka alamnya
pun akan subur dan makmur, tapi jika manusianya senang merusak alam,
maka alam pun akan protes dengan caranya sendiri (bencana besar) dan
yang jadi korban tidak hanya si perusak alam, tapi juga semua orang yang
tinggal di daerah tersebut😱.
Perlu digalakkan juga penanaman pohon mangrove (bakau) terutama di daerah pesisir
pantai bukan hanya untuk keseimbangan ekosistem dan penghasil oksigen
alami, tapi juga untuk mencegah abrasi/pengikisan pantai, mencegah
banjir, pemecah ombak alami, dan terutama menahan laju tsunami. Mengapa
harus pohon bakau? karena akarnya yang sangat kuat untuk menahan dan
mencegah abrasi pantai, banjir, ombak, dan terutama tsunami. Dalam
banyak kasus, hutan bakau melindungi kawasan pesisir dari
terjangan badai, angin topan atau tsunami sekalipun. Karena ekosistem
ini mampu menyesap air dalam jumlah besar dan dengan begitu mencegah
banjir. "Akar dan dahan bakau menahan gelombang air" kata Femke
Tonneijck dari organisasi lingkungan Wetlands International (sumber:
www.dw.com).
|
Hutan Mangrove (Bakau) yang Kini Mulai Berkurang akibat Ulah Manusia. Sumber: sahabatnesia.com |
8.
Membaca tanda2 alam melalui perilaku hewan
Sebenarnya
kita bisa membaca tanda2 alam bakal terjadinya bencana besar apapun
dari perilaku hewan yang tidak biasa di daerah tersebut. Hewan tertentu
memang dibekali kemampuan lebih oleh Allah Swt dalam hal membaca tanda
alam daripada manusia itu sendiri (kecuali manusia khusus yang diberi
kelebihan oleh Allah Swt). Tidak ada salahnya, kita sebagai manusia
biasa harus mau belajar dari manapun, termasuk dari perilaku hewan. Dikutip dari www.merdeka.com, berikut
hewan2 yg bisa memprediksi cuaca ekstrem, banjir, dan longsor:
- Anjing: bisa memprediksi adanya perubahan cuaca ekstrem dengan
menunjukkan reaksi menggigil dan gemetar, contohnya sebelum terjadi
badai petir. Hal ini disebabkan karena anjing memiliki sensitivitas indera perasa
10.000 kali lebih kuat dibanding manusia. Hal ini membuat anjing
memiliki kemampuan untuk mencium atau mengamati perubahan suhu udara
sebelum badai atau gempa bumi terjadi
- Kucing: memiliki kemampuan
untuk memprediksi bencana alam apapun. Bahkan, kucing akan mengevakuasi
bayinya ke tempat aman sebelum bencana besar terjadi
- Kuda: biasanya kuda akan melompat, meringkik keras dengan intensitas frekuensi
yang intens ketika hewan tersebut merasa akan terjadi bencana alam, termasuk
perubahan cuaca ekstrem
- Hiu: para ilmuwan dari Mote Marine Laboratory Sarasota, Florida,
mendokumentasikan perilaku 14 ekor hiu yang telah terpasang sensor
elektronik. 12 jam sebelum badai Charley menyapu daerah sekitar pantai
Teluk Florida dan pada tahun 2004, 12 hiu tersebut terekam menyelam ke
perairan yang lebih dalam. Padahal selama empat tahun masa
pengawasannya, hiu-hiu ini hanya berenang di perairan yang cukup
dangkal
- Burung: dapat bereaksi terhadap bencana lain seperti
badai tornado, gempa bumi, dan letusan gunung berapi, dengan terbang
jauh dari habitat mereka sebelum bencana alam tersebut terjadi
9.
Selalu memantau prediksi cuaca
Prediksi
cuaca biasanya dikeluarkan oleh badan resmi seperti BMKG dan disebar
melalui berbagai media, seperti koran nasional, televisi,
search engine seperti
google, yahoo, dsb. Karena sifatnya prediksi (berdasarkan keilmuan
tentunya), maka kemungkinan salahnya tetap ada, walaupun tingkat
keakuratannya juga tinggi. Prediksi cuaca dalam 1 hari dibagi menurut
waktu menjadi 3 (pagi, siang, dan malam) dan menurut wilayah, misal
Bandung (Utara, Barat, Tengah, Timur, Selatan). Cuaca dalam suatu waktu
bisa saja bersifat sporadis, misalnya di kota A wilayah utara siangnya
cerah berawan, tapi di kota yang sama wilayah Barat siangnya justru
hujan ringan. Jika cuaca dalam satu hari cerah berawan/cerah tanpa
awan/hujan ringan tanpa petir, maka kondisi cuaca bersahabat, cuacanya
berkah. Nah,
jika prediksi cuaca dalam satu hari terdapat cuaca
ekstrem (hujan lebat disertai petir), maka patut waspada, terutama bagi
warga yang tinggal di daerah rawan banjir, longsor, sambaran petir, dan
pohon tumbang.
Sambaran petir juga wajib
diwaspadai. Untuk antisipasi, penangkal petir memang harus dipasang di
rumah2 (baik bertingkat maupun tidak) yg lokasinya dkt lapangan terbuka
dan sawah luas. Hindari juga berteduh di bawah pohon atau saung di
persawahan. Stop bermain sepak bola di lapangan terbuka jika tanda2
cuaca buruk terjadi. Lapangan yang sudah dilengkapi penangkal petir
saja, kalau cuaca buruk pertandingan dihentikan sementara, mengingat
keselamatan pemain dan perangkat pertandingan harus diutamakan.
Di-update 15 Januari 2019:
10.
Waspadai Leptospirosis di daerah rawan banjir
Leptospirosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral yang disebut
Leptospira interrogans,
disebabkan oleh urine/darah hewan yang terinfeksi bakteri tsb. Penyakit
tsb akan lbh sering muncul saat musim hujan. Sedangkan hewan pembawa
penyakit tsb (bertahan hidup di ginjal hewan) umumnya hewan liar, tapi
bisa juga hewan ternak. Hewan tsb meliputi anjing, tikus, kucing, babi,
sapi, dan kambing.
Nah, banyak cara penularannya dari hewan pembawa bakteri
Leptospira interrogans thd manusia:
a. Urin/darah hewan pembawa bakteri tsb tercampur dgn banjir lalu terkena kulit manusia yg sedang mengalami luka terbuka
b. Mata, mulut, dan hidung manusia yang bersinggungan langsung dengan hewan pembawa bakteri tsb
c. Tanah yg terkontaminasi oleh hewan pembawa bakteri tsb
d. Manusia tergigit langsung oleh hewan pembawa bakteri tsb
Ciri
penderita diawali demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, nyeri pada
hati dan ginjal. Menurut Nanang Ruhyana, dari Dinas Kesehatan kab.
Cirebon, jika terdeteksi gejala tsb, jangan dibiarkan/ditunda, penyakit
ini spt virus, jika dibiarkan akan semakin parah, bahkan menyebabkan
kematian. Penyakit ini tidak menular dari seseorang yg terinfeksi ke
orglain, hanya saja menular dari hewan yg terinfeksi bakteri
Leptospira interrogans kepada manusia yang kulitnya memang sudah terluka atau tergigit oleh hewan tsb.
Pencegahan:
1.
Lindungi badan dari kemungkinan kontak dengan air/genangan yg diduga
tercemar. Gunakan sepatu bot, masker, atau pelindung lainnya
2. Jika punya luka, segera bersihkan dan tutup rapat agar terhindar dari serangan bakteri
Leptospira interrogans
3. Membiasakan hidup bersih dan makanan yang dicuci bersih
4. Menjaga kesehatan, karena bakteri akan mudah masuk ke dalam tubuh orang yang lemah/sakit
(Sumber: Koran Pikiran Rakyat 15 Januari 2019)
11. Waspadai penyakit Demam Berdarah (DBD)
Penderita
DBD mengalami puncaknya saat puncak musim hujan (sekitar akhir
Januari-awal Februari). Buktinya saja, dari data Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, hingga tanggal 28 Januari 2018, jumlah penderita
DBD di Jawa Barat adalah 2204. Dari jumlah tsb, 14 orang penderita DBD
dinyatakan meninggal dunia (sumber: regional.kompas.com). Berikut gambar
tentang tindakan preventif dan kuratif penyakit DBD:
|
Klik Gambar agar Lebih Jelas Tulisannya |
|
Sumber: https://hellosehat.com |
Dulu, saya pernah terserang penyakit DBD, entah saat
kapan awal terserangnya, padahal saat bepergian selalu menggunakan
pakaian berlengan panjang, celana panjang, dan kaos kaki. Saat fase
kritis, mau bangun tidur sulitnya minta ampun, spt lumpuh saja.
Beruntung langsung ketahuan dan dirawat di rumah sakit selama 3 hari.
Setelah itu, butuh waktu seminggu untuk pulih total (spt hilang tenaga
saja).
Berdasarkan pengalaman saya tadi, untuk
pencegahan DBD lainnya, hindari kecapean, stres, kurang istirahat, dan
diet ekstrem (saya pernah melakukannya), karena mengakibatkan kondisi
tubuh menjadi tidak stabil dan lebih mudah terinfeksi. Pastikan tubuh
selalu mendapatkan asupan nutrisi yang lengkap, banyak minum air putih,
dan sempatkan pula olahraga.
12.
Memperbanyak amal kebaikan, ibadah, dan doa
Dengan
memperbanyak amal kebaikan, ibadah, dan doa, diharapkan kita semua
selalu mendapatkan perlindungan dari segala macam bahaya, termasuk
bencana. Aamiin😇. Jikalau bencana pun tetap terjadi, setidaknya amal
kebaikan, ibadah, dan doa menjadi penyelamat agar mendapatkan jalan
terbaik di dunia maupun di akhirat. Aamiin😇.
B. Tahap Represif
1.
Bencana Banjir
- Selalu pantau informasi darurat tentang bencana tersebut, baik melalui media maupun mendengar langsung
-
Pada dasarnya langkah represif bencana banjir awal mirip dengan bencana
tsunami, sebelum banjir bandang terjadi, warga harus berlari mencari
daerah yang lebih tinggi. Jikalau terjebak di dalam rumah atau bangunan,
raih benda yang bisa mengapung
- Jika sempat, selamatkan benda2
berharga, dokumen penting, pakaian seperlunya, bahkan hewan ternak dan
peliharaan (mungkin lepas saja dari ikatan tali berikut kandang, asal
jangan hewan buas ya, takut membahayakan warga sekitar😁). Tapi, itu
bukan prioritas, yang terpenting selamatkan saja dulu diri sendiri,
keluarga, dan tetangga sekitar
- Mencari tempat yang aman untuk menunggu instruksi selanjutnya
- Matikan semua sumber listrik
- Penyediaan mobil pompa dan rumah pompa untuk mencegah genangan air yang berlebih
- Penyediaan perahu karet
- Ikut terlibat dalam membangun tenda darurat, dapur umum, dan jamban
|
Klik Gambar agar Tulisannya Lebih Jelas. Sumber: www.slideshare.net |
- Jika ingin kembali ke rumah, pastikan kondisi sudah
aman dari bencana dan gangguan lainnya, cuaca sudah normal, serta
listrik sudah pulih dan tidak membahayakan
- Jika cuaca ekstrem,
hindari berteduh di bawah pohon, reklame, atau tempat2 lain yang rawan
tersambar petir, tertimpa pohon tumbang, dan tersapu angin kencang
- Penyediaan alat2 kebersihan pasca-banjir
2.
Bencana Longsor
-
Jika terdengar suara gemuruh, segera keluar dari rumah dan mencari
tempat yang lapang. Jika sempat, gunakan sepatu khusus berjalan di tanah
yang becek
- Perhatikan kondisi tanah, hindari tanah yang labil, cari pijakan tanah yang kokoh
- Mencari tempat yang aman sambil menunggu instruksi selanjutnya
- Hati2 dengan puing2 bangunan yang roboh dan rentan roboh
-
Perhatikan longsor susulan, jika kondisi sudah aman (termasuk
cuacanya), silakan kembali ke rumah untuk memantau keadaan di sana
3.
Pengungsian
Korban
bencana alam pada dasarnya tidak sekedar membutuhkan tempat tinggal
sementara yang representatif, tapi juga kebutuhan hidupnya harus
terpenuhi sebagaimana seperti ketika hidup sebelum terjadinya bencana.
Privasi sudah pasti agak terganggu, karena harus hidup berdampingan
dengan banyak korban lain yang senasib. Sistem kamar harus dibuat
sedemikian rupa agar privasi (bagi yang sudah berkeluarga) terjaga.
Anak2 harus diberi hiburan tersendiri agar tidak cepat stres. Logistik
dan dapur umum hrs dikelola sebaik mgkn, dgn memperhatikan kehigienisan
makanan/minuman. Tim medis hrs disiagakan utk memperhatikan kesehatan
pengungsi, sukarelawan, dan pihak terkait lainnya. Harus ada trauma healing dan siraman rohani juga. Semuanya harus dikelola melalui
manajemen pengungsian yang baik agar hak2 para korban terpenuhi dan
risiko terjadinya konflik bisa diminimalisir. Kehadiran & dukungan moril diperlukan dari kepala daerah, menteri terkait, bhkn kepala negara jika memang sdh masuk kategori bencana nasional.
Pengungsian
korban bencana banjir dan longsor memang tidak sekompleks korban
bencana gempa bumi dan tsunami. Jadi, tenda darurat yang dibutuhkan pun
lebih sedikit dengan durasi mengungsi yang lebih sebentar. Dapur umum
tetap diaktifkan dengan melibatkan koki yang handal, mengerti masakan
yang berkualitas, halal, dan higienis (kalau pengungsi mengalami diare
massal akan jadi masalah baru😜).
Apalagi saat musim peralihan dan penghujan, risiko terkena berbagai
macam penyakit seperti flu, diare, demam berdarah, dsb, semakin
meningkat. Penyebaran kuman penyakit saat musim peralihan dan penghujan
semakin cepat dan meningkat, jadi harus diwaspadai juga.
Namun,
fokus utama terhadap korban bencana banjir dan longsor adalah
penyediaan alat kebersihan yang mumpuni untuk membersihkan rumah dan
jalan sekitar pasca banjir. Sedangkan untuk pembersihan rumah dan jalan
pasca longsor, dibutuhkan alat2 berat dan melibatkan banyak pihak. Hal
ini penting agar korban tidak terlalu lama mengungsi di tenda
pengungsian. Di samping itu, perlu diperhatikan apakah ada potensi
penjarahan oleh para pelaku kriminal yang ingin memanfaatkan situasi
daerah yang tidak dihuni sementara akibat bencana (perlu ada koordinasi
antara warga, kepolisian setempat, dan tentara). Korban bencana banjir
dan longsor juga rentan mengalami sakit, baik fisik maupun mental
(walaupun tidak separah korban bencana gempa bumi dan tsunami), jadi
perlu dilibatkan tim medis yang tanggap serta psikolog yang handal.
Terakhir, jika terlalu lama mengungsi, bisa juga dihadirkan entertainer dan orang2 yang inspiratif untuk menghibur para pengungsi
4. Penegakan hukum untuk perusak alam masih harus ditingkatkan
Selama
ini, si perusak alam secara berlebihan (terutama korporat kelas kakap),
termasuk pabrik2 pencemar lingkungan jarang sekali tersentuh hukum dan
ditindak oleh kepolisian. Ini harus menjadi perhatian serius, mengingat
dampak merusaknya dan yang akan jadi korban justru warga sekitar
pabrik/perusahaan yang tidak tahu apa2. Slogan hukum tumpul ke atas tapi
tajam ke bawah tampaknya masih berlaku dalam hal kasus perusakan
lingkungan. Ingat, cuaca ekstrem terjadi akibat pemanasan global dan
rusaknya alam akibat ulah manusia!
5. Memperbanyak amal kebaikan, ibadah, dan berdoa
Jikalau bencana pun tetap terjadi, setidaknya amal kebaikan, ibadah, dan
doa menjadi penyelamat agar mendapatkan jalan terbaik di dunia maupun
di akhirat, serta akan mendapatkan pertolongan dari arah yang tidak diduga2. Aamiin😇
Setiap
bencana memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan
manajemen mitigasi yang berbeda pula. Bencana banjir dan longsor yang
diawali cuaca ekstrem bisa jadi akibat kerusakan alam yang diakibatkan
ulah manusia, sehingga semua yang tinggal di daerah yang terdampak
bencana tersebut kena getahnya. Cuaca ekstrem muncul akibat pemanasan
global dan pemanasan global terjadi lagi2 akibat ulah manusia. Semoga
dengan adanya manajemen mitigasi bencana yang baik, risiko dan korban
jiwa yang tidak diinginkan dapat diminimalisir, serta kita dapat lebih
peduli dan menjaga keseimbangan alam ini😇.
|
Selalu
Berdoa kepada ALLAH SWT untuk Memohon Cuaca (Hujan) yang Berkah, bukan
Cuaca (Hujan) yang Merusak (Ekstrem), Cuaca (Hujan) yang Menyejukkan,
bukan Cuaca (Hujan) yang Membuat Was2. Sumber: sharingseputarislam.com |
|
Arti: Maha Suci ALLAH yang Petir dan Para Malaikat Bertasbih dgn Memuji-Nya karena Rasa Takut Kepada-Nya |
Demikian artikel blog saya, mohon maaf jika masih ada
kekurangan. Silakan mampir juga ke blog saya yang kedua (tentang kesehatan
& kemanusiaan,
full text english) dan ketiga (tentang masalah & solusi kelistrikan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut
link-nya:
Blog 2:
healthyhumanityvicagi.blogspot.com
Blog 3:
listrikvic.blogspot.com