Disrupsi Digital
Pandemi Covid-19 yang terjadi berbulan-bulan dan menimpa hampir seluruh negara di dunia membuat kacau kondisi ekonomi secara global dan terjadi disrupsi digital (pergeseran aktivitas dari dunia nyata ke dunia maya). Masalahnya, disrupsi digital mau tidak mau, siap tidak siap, dilakukan secara mendadak, sehingga bisa ditebak, banyak masyarakat yang tidak siap dengan hal ini. Mungkin, mereka yang profesinya selalu beraktivitas dengan internet perlahan bisa beradaptasi walau membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tapi, bagaimana dengan sopir angkot, tukang becak, pedangang kaki lima, kuli bangunan, dan sejenisnya? Hal ini diperparah dengan perangkat hukumnya yang belum siap.
Disrupsi berbeda dengan tren. Tren bisa diprediksikan jauh sebelumnya, sehingga kita bisa mempersiapkan diri, sedangkan disrupsi sulit diprediksi, cenderung merusak, dan terjadi di luar dugaan sehingga banyak masyarakat yang belum siap. Disrupsi saat ini akibat pandemi Covid-19, sifatnya force majeure atau keadaan di luar kemampuan manusia. Sehingga manusia dipaksa untuk menghadapi sekaligus mengatasinya. Baik disrupsi maupun tren membutuhkan kreativitas dan inovasi untuk menghadapinya.
Menarik pendapat Joseph Schumpeter tentang disrupsi digital, beliau lebih senang menyebutnya dengan destruksi kreatif, mengacu pada transformasi yang menyertai kreativitas dan inovasi radikal karena teknologi digital (dikutip dari E, Topol 2013:14). Covid-19 membuat kehancuran di berbagai bidang untuk digantikan dengan cara destruksi kreatif. Hanya negara yang bisa beradaptasi dengan kreativitas dan inovasi teknologi akan bertahan.
Pandemi Covid-19 memang menumbuhkan semangat solidaritas, namun solidaritas bisa menjadi luntur karena disrupsi digital menganut sistem ekonomi persaingan demi efisiensi. Persaingan bebas yang semakin dipacu disrupsi digital hanya kan menguntungkan kreator, inovator, dan produktor. Hal ini harus diperhatikan agar tidak terjadi kesenjangan sosial ekonomi, terutama bagi mereka yang tidak siap dengan perubahan. Tentunya perlu ada aturan hukum untuk mengaturnya dan mengurangi kesenjangan sosial (sumber: Koran Kompas Sabtu, 2 Mei dan 31 Mei 2020).
Pandemi Covid-19 yang terjadi berbulan-bulan dan menimpa hampir seluruh negara di dunia membuat kacau kondisi ekonomi secara global dan terjadi disrupsi digital (pergeseran aktivitas dari dunia nyata ke dunia maya). Masalahnya, disrupsi digital mau tidak mau, siap tidak siap, dilakukan secara mendadak, sehingga bisa ditebak, banyak masyarakat yang tidak siap dengan hal ini. Mungkin, mereka yang profesinya selalu beraktivitas dengan internet perlahan bisa beradaptasi walau membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tapi, bagaimana dengan sopir angkot, tukang becak, pedangang kaki lima, kuli bangunan, dan sejenisnya? Hal ini diperparah dengan perangkat hukumnya yang belum siap.
Disrupsi berbeda dengan tren. Tren bisa diprediksikan jauh sebelumnya, sehingga kita bisa mempersiapkan diri, sedangkan disrupsi sulit diprediksi, cenderung merusak, dan terjadi di luar dugaan sehingga banyak masyarakat yang belum siap. Disrupsi saat ini akibat pandemi Covid-19, sifatnya force majeure atau keadaan di luar kemampuan manusia. Sehingga manusia dipaksa untuk menghadapi sekaligus mengatasinya. Baik disrupsi maupun tren membutuhkan kreativitas dan inovasi untuk menghadapinya.
Menarik pendapat Joseph Schumpeter tentang disrupsi digital, beliau lebih senang menyebutnya dengan destruksi kreatif, mengacu pada transformasi yang menyertai kreativitas dan inovasi radikal karena teknologi digital (dikutip dari E, Topol 2013:14). Covid-19 membuat kehancuran di berbagai bidang untuk digantikan dengan cara destruksi kreatif. Hanya negara yang bisa beradaptasi dengan kreativitas dan inovasi teknologi akan bertahan.
Pandemi Covid-19 memang menumbuhkan semangat solidaritas, namun solidaritas bisa menjadi luntur karena disrupsi digital menganut sistem ekonomi persaingan demi efisiensi. Persaingan bebas yang semakin dipacu disrupsi digital hanya kan menguntungkan kreator, inovator, dan produktor. Hal ini harus diperhatikan agar tidak terjadi kesenjangan sosial ekonomi, terutama bagi mereka yang tidak siap dengan perubahan. Tentunya perlu ada aturan hukum untuk mengaturnya dan mengurangi kesenjangan sosial (sumber: Koran Kompas Sabtu, 2 Mei dan 31 Mei 2020).
Inovasi Era Kenormalan Baru
Indonesia sepertinya harus siap menyambut disrupsi digital dan dilanjutkan dengan era baru yang disebut dengan new normal atau tatanan kehidupan normal yang baru atau lebih simpelnya era kenormalan baru, yang berbeda dengan kehidupan normal seperti sebelumnya. Untuk sementara, ada 102 daerah yang tersebar di 23 provinsi di Indonesia diizinkan untuk melakukan program yang akan dimulai bulan Juni 2020. Adapun kriteria berdasarkan epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan sesuai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan masuk zona hijau.
Indonesia sepertinya harus siap menyambut disrupsi digital dan dilanjutkan dengan era baru yang disebut dengan new normal atau tatanan kehidupan normal yang baru atau lebih simpelnya era kenormalan baru, yang berbeda dengan kehidupan normal seperti sebelumnya. Untuk sementara, ada 102 daerah yang tersebar di 23 provinsi di Indonesia diizinkan untuk melakukan program yang akan dimulai bulan Juni 2020. Adapun kriteria berdasarkan epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan sesuai standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan masuk zona hijau.
Inovasi diperlukan agar kita dapat beradaptasi dengan era kenormalan baru. Berikut inovasi yang akan dan bisa diterapkan ke depannya:
1. Lomba inovasi bagi pemerintah daerah (untuk provinsi, kabupaten, dan kota) yang akan diselenggarakan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Diharapkan, daerah membuat video yang berkaitan dengan inovasi berupa simulasi dan protokol di 7 sektor, meliputi:
- Pasar tradisional
- Pasar modern (baik mall maupun minimarket)
- Restoran
- Hotel
- Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
- Tempat wisata
- Transportasi umum
Tim jurinya meliputi Kemendagri, Kemenkeu, Gugus Tugas Covid-19, Kemenpar, dan Kemenkes. Pemenangnya akan mendapatkan piagam, insentif, dan menjadi percontohan juga untuk ditiru daerah lain (sumber: https://indonews.id)
2. Inovasi pendidikan
- Inovasi kurikulum saat era kenormalan baru tentunya akan ada banyak perubahan dan harus segera diterapkan, mulai dari metode pembelajaran, pengawasan, penilaian, layanan sekolah/kampus, sistem pembayaran sekolah, protokol kesehatan di sekolah/kampus, dan sebagainya
- Pembelajaran daring masih menjadi prioritas, seperti pengumpulan tugas lewat email, diskusi berat lewat aplikasi Zoom, diskusi ringan lewat WAG, dan sebagainya
- Standar yang jelas untuk pengajaran dalam bentuk video tutorial dari pendidik. Video bisa dihentikan di tengah jalan untuk dipelajari dan dicari referensi lain sampai siswa/mahasiswa benar-benar paham
- Kegiatan belajar mengajar tatap muka tetap diperlukan dengan sistem shift
- Internet belum menjangkau daerah terpencil, perlu diupayakan alternatif lain, seperti keberadaan Radio Republik Indonesia dan TVRI harus dioptimalkan
- Pembelajaran di rumah harus membuat siswa happy dan tidak terlalu membebani orangtuanya yang sudah pusing dengan masalah kebutuhan sehari-hari. Ada siswa yang merasa tidak termotivasi saat belajar di rumah akibat tidak ada teman main dan teman belajar. Psikologi dan para pakar lainnya harus semakin dilibatkan dalam hal ini. Tidak bisa hanya mengandalkan pendidik saja
- Pembersihan menggunakan disinfektan setiap empat jam sekali di tempat-tempat yang rentan dihinggapi virus Covid-19
- Pembersihan fasilitas sekolah/kampus, terutama AC yang terkena debu, harus lebih rutin. Debu yang dibiarkan mengeras bisa membentuk jamur membahayakan pernapasan manusia dan juga menimbulkan penyakit kulit
- Harus siap mengantisipasi kemungkinan terburuk saat sekolah/kampus dibuka. Misal ada siswa/mahasiswa yang terinfeksi Covid-19, tentunya tim medis harus disiapkan di setiap sekolah/kampus, dan pendidik harus bisa menenangkan siswa lainnya, serta tidak boleh memberikan stigma buruk kepada penderita Covid-19
3. Inovasi di tempat kerja
- SOP kerja saat era Kenormalan baru akan ada banyak perubahan dan harus segera diterapkan, mulai dari sistem kerja, budaya kerja, tempat kerja, rapat internal, pengawasan, protokol kesehatan di tempat kerja, dan sebagainya
- Sistem bekerja shift, jadi ada yang bekerja di kantor dan ada yang bekerja di rumah
- Sistem bekerja secara daring masih menjadi prioritas, seperti pengumpulan tugas lewat email, rapat virtual lintas kota lewat aplikasi Zoom, diskusi ringan lewat WAG, dan sebagainya
- Pembersihan menggunakan disinfektan setiap empat jam sekali di tempat-tempat yang rentan dihinggapi virus Covid-19
- Dinas ke luar kota ditiadakan dahulu
- Pembersihan fasilitas kantor, terutama AC yang terkena debu, harus lebih rutin. Debu yang dibiarkan mengeras bisa membentuk jamur membahayakan pernapasan manusia dan juga menimbulkan penyakit kulit
- Harus siap mengantisipasi kemungkinan terburuk saat di tempat kerja ada pekerja yang terinfeksi Covid-19, tentunya tim medis yang bekerja sama dengan HRD perusahaan harus disiapkan di setiap perusahaan dan pimpinan harus bisa menenangkan bawahan, serta tidak boleh memberikan stigma buruk kepada penderita Covif-19
4. Inovasi untuk semua kegiatan yang berpotensi mengumpulkan massa seperti konser, olahraga, pernikahan, antrean (bank, BLT, kantor pos, makanan), pariwisata, sampai ibadah
- Standar kebersihan tempat kegiatan harus ditingkatkan
- Akan ada yang namanya penerbitan izin normal baru. Sehingga tidak semua kegiatan pengumpulan massa akan mendapatkan izin
- Harus memiliki standar protokol dan kesehatan. Batasi jumlah orang yang masuk dengan memperhatikan jarak fisik dan sosial
- Perhatikan bagi mereka yang harus mengantre di luar gedung (akibat di dalam gedung melakukan jarak fisik dan sodial). Mereka yang mengantre dan mengunggu di luar harus disiapkan juga tempatnya, sehingga tidak berkerumun. Ini yang menurut saya kurang diperhatikan oleh pengelolanya
- Untuk kompetisi olahraga dan konser musik, diprioritaskan tetap dilanjutkan tanpa penonton atau bisa juga dengan jumlah penonton yang dibatasi (misal 50 persen dari kapasitas stadion). Perhatikan juga potensi sumber kerumunan baru yaitu suporter yang tidak bisa menonton sepak bola, kemudian melakukan nonton bareng di suatu tempat
- Untuk tempat ibadah, jumlah jemaahnya dibatasi dan hanya untuk warga sekitar saja. Perlu ada sikap lapang dada bagi warga sekitar yang tidak diizinkan beribadah di tempat ibadah tersebut akibat kuotanya terbatas
- Untuk sektor kuliner, prioritas pemesanan makanan/minuman untuk dibawa pulang dan dikonsumsi di rumah
- Untuk sektor pariwisata, diupayakan pengembangan virtual tour
5. Inovasi dalam bertransaksi
- Hindari penggunaan uang receh dan kertas dalam bertransaksi, terutama di tempat-tampat yang perputaran uangnya tinggi, seperti pasar, supermarket, mall, d hotel, dan sebagainya. Kita tidak bisa membayangkan uang begitu cepat berpindah dari satu orang ke oranglain tanpa disemprot disinfektan. Lalu ada 1 saja yang terinfeksi covid-19, maka berapa banyak yang menjadi ODP?
- Ketika harus menerima uang tunai, perhatikan kebersihan uang tersebut (rutin disemprot disinfektan) dan sarung tangan petugas rutin dicuci serta dijemur
- Prioritaskan pembayaran menggunakan uang elektronik. Perbanyak sarananya, tidak terbatas pada satu atau dua merek, tapi banyak merek, sehingga memudahkan dalam memilih metode pembayaran uang elektronik
6. Inovasi acara televisi
- Banyak yang mengeluh acara televisi sekarang cenderung hanya mengulang-ngulang berita seputar korona dan terkesan menakut-nakuti. Padahal, kurang bagus buat imunitas tubuh. Kalau imunitas tubuh lemah akibat terlalu stres, virus akan mudah masuk. Gara-gara itu pula, banyak yang malas menonton televisi dan beralih ke YouTube
- Perhatikan penggila sepak bola tentunya akan terpuaskan dan betah diam di rumah jika di stasiun televisi gratisan ada siaran sepak bolanya, baik secara langsung maupun tunda. Bahkan, jika sedang tidak ada pertandingan pun, kenapa tidak terpikirkan untuk menyiarkan pertandingan klasik? Juga program highlight olahraga dirasa masih jarang. Hiburan rakyat itu bukan acara politik, bukan pula diskusi yang berat-berat, tapi cukup siaran sepak bola berkualitas
- Esports. Ketika harus diam di rumah, maka banyak dari mereka yang semakin tertarik bermain gim online. Seharusnya stasiun televisi memunculkan program Esports. Baru satu stasiun televisi saja yang konsisten menayangkan program Esports, itupun jenis gimnya itu-itu saja😁. Dan perlu dicatat, Esports sudah menjadi bagian industri yang menguntungkan
- Program pendidikan anak di rumah, misal saat orangtua membantu anak mengerjakan tugas sekolah di rumah dengan mengoptimalkan teknologi informasi
- Program memasak di rumah
- Program menyelesaikan tugas karya akhir perkuliahan dalam kondisi pandemi Covid-19
- Program seputar viralnya aplikasi Zoom, Google Meet, dan sebagainya, digunakan untuk pekerjaan, silaturahim, tugas sekolah, dan rapat virtual
- Program komedi yang cerdas dan sarat pesan moral, tentunya dengan topik yang sesuai dengan kondisi saat ini
Saya yakin sekali rating televisi akan bagus karena pemirsanya suka, acaranya bermanfaat, dan relate dengan kehidupan sehari-hari
7. Inovasi transportasi
- Di Tiongkok, baru dibuat bus umum yang dilengkapi teknologi pengukur suhu, pencahayaan ultraviolet untuk mensterilkan virus, dan sistem deteksi gas otomatis. Tentunya sangat membantu petugas sehingga penumpang tidak perlu mengantre untuk diperiksa suhunya (sumber: nasional.sindonews.com)
- Penggunaan disinfektan secara rutin, tidak hanya untuk kendaraan saja, tapi juga fasilitas terminal
- Protokol kesehatan dan keselamatan sesuai standar
- Khusus transportasi umum padat penumpang seperti KRL commuter line dan Transjakarta boleh terisi maksimal 50 persen saja.
7. Inovasi transportasi
- Di Tiongkok, baru dibuat bus umum yang dilengkapi teknologi pengukur suhu, pencahayaan ultraviolet untuk mensterilkan virus, dan sistem deteksi gas otomatis. Tentunya sangat membantu petugas sehingga penumpang tidak perlu mengantre untuk diperiksa suhunya (sumber: nasional.sindonews.com)
- Penggunaan disinfektan secara rutin, tidak hanya untuk kendaraan saja, tapi juga fasilitas terminal
- Protokol kesehatan dan keselamatan sesuai standar
- Khusus transportasi umum padat penumpang seperti KRL commuter line dan Transjakarta boleh terisi maksimal 50 persen saja.
Klik Gambar Agar Lebih Jelas |
Artikel ini ditutup dengan quote menarik dari seorang sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Syaifudin: "Dulu teknologi dianggap membuat orang anti-sosial karena sibuk dengan dunianya sendiri. Sekarang, teknologi menjadi pusat interaksi".
Silakan mampir juga ke blog saya yang kedua (tentang kesehatan & kemanusiaan, full text english), ketiga (tentang masalah & solusi kelistrikan), dan keempat (tentang hewan peliharaan). Semoga bermanfaat. Terima kasih. Berikut link-nya:
Blog 3: listrikvic.blogspot.com
Blog 4: petsvic.blogspot.com
Benar sekali sekarang sekolah maupun kampus menjadikan teknologi sebagai interaksi misal dosen dengan muridnya belajar, sidang,rapat dosen dengan dosen menggunakan sistem aplikasi virtual.
BalasHapusBetul, interaksi tatap muka langsung tetap dibutuhkan mungkin menggunakan sistem shift. Tapi untuk kondisi saat ini, teknologi virtual lebih diutamakan
HapusTerus terang aku masih blm faham benar dg kenormalan baru dan oenerapannya nanti. Terlebih karena sekarang masih ada bbrp kebijakan yg saling bertentangan.. hiks..
BalasHapusIntinya memang menjadikan teknologi sebagai pusat interaksi dan selalu mematuhi protokol kesehatan. Pertemuan tatap muka langsung tetap dibutuhkan dengan sistem shift. Mall kembali dibuka dan transportasi umum kembali aktif walau dengan syarat yang ketat. Memang antara pusat dan daerah masih saja berbeda persepsi, itu ga boleh terjadi saat kenormalan baru
HapusTantangan bagi negara ini bagaimana menyamakan persepsi antara pusat dan daerah dalam mengatasi pandemi ini
HapusTernyata kita harus mengahadapi New Normal ya ka. Tapi mau tidak mau harus dihadapi dan dijalani. Yang terpenting kita bisa menjaga kebersihan diri dan selalu mengikuti protokol kesehatan :)
BalasHapusMau tidak mau kita harus siap dan aktif menggunakan teknologi dan mematuhi protokol kesehatan dalam era kenormalan baru ini. Tidak bisa sebebas dulu
HapusSetuju. Stay safe and healthy
HapusNew normal atau kenormalan baru ini, agak mengkhawatirkan saya, karena sebagian besar masyarakat belum paham dan belum siap.
BalasHapusTapi say ajuga paham bahwa ini adalah sebuah keniscayaan agar ekonomi (dan negara) tidak kolabs.
Bisa jadi new normal untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia beserta ekonomi rakyatnya. Ada kekhawatiran negara dalam keadaan krisis anggaran
HapusSetuju dengan hal ini. Pandemi kali ini memang mengubah banyak hal. Orang dipaksa untuk beradaptasi dengan kelaziman baru yang kerap dianggap kontroversial dan merusak tatanan sosial. Tidak hanya dalam hal berinteraksi dalam kehidupan masyarakat, orang diajak untuk lebih berhati-hati, waspada, dengan menerapkan standar baru seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, transaksi daring, dan swakarantina di rumah. Hal-hal yang dulunya identik dengan tingkah laku orang yang antisosial dan egois sekarang justru disarankan. Ya mungkin inilah yang disebut sebagai kenormalan baru.
BalasHapusTerkadang saking waspadanya memunculkan sikap mudah curiga dan mudah berburuk sangka terhadap orang baru. Betul, dulu dianggap antisosial, sekarang malah jadi kebutuhan. Dulu, ekstrovert dianggap hebat, sekarang dipaksa untuk menjadi introvert hehe.. Intinya adaptasi dengan teknologi dan patuh terhadap protokol kesehatan
HapusMau nggak mau memang seperti itu sih Pak. Bagian dari sikap waspada. Dulu ada orang bersin aja paling kita cukup menyingkir aja, kalau sekarang mungkin bisa langsung buru-buru menghindar kali ya hehehe.
HapusKalau ada orang baru atau orang yang kelihatannya baru pulang dari luar negeri atau dinas luar kota bawaannya pengen jauh-jauh aja sekarang. Mending ketemu dan bahas kerjaannya secara virtual aja hehehe. Saking parnonya 🙈😷😁
Mungkin lebih ke waspada ya. Memang banyak juga jatuhnya jadi ketakutan berlebihan hehe.. Di sisi lain malah ada yang apatis menganggap korona tidak ada. Memang perlu sosialisasi juga
HapusSalah satu positif sekaligus mengandung negatif pandemi ini adalah lahirnya inovasi2, yang titik beratnya pada kemajuan digital. Namun pula menjadi tryal & eror tentunya. Ya, semoga semua benar2 bisa menjadi normal kembali dalam waktu dekat.
BalasHapusSetuju. Di samping itu, penemu aplikasi Zoom malah tambah kaya hehe... Era kenormalan baru menjadi awal bagi Indonesia untuk bangkit dan lepas dari krisis
Hapussebenernya aku masih belum siap mengingat kasus positif virus covid-19 ini masih terus meningkat hari demi hari, semoga kita semua selalu diberi kesehatan serta keselamatan
BalasHapusMemang era kenormalan baru idealnya kasus korona sudah sangat rendah. Yang terjadi sekarang belum seperti itu. Tapi, semoga pandemi ini segera berakhir
HapusDoa yang sama. Aamiin
HapusIya benar sekali, saat ini memang diperlukan inovasi di segala bidang kehidupan. Supaya bisa meminimalisir kerumunan massa. Memaksimalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bisa menjadi alternatif untuk menciptakan inovasi tersebut
BalasHapusBenar, inovasi teknologi sudah menjadi kebutuhan, bukan sekedar pelengkap
HapusSelalu ada hal baik diantara hal buruk. Inovasi baru bermunculan demi memyesuaikan dengan keadaan.
BalasHapusInovasi teknologi menjadi kebutuhan sekarang dan masyarakat harus mau mempelajarinya
HapusBelum bisa membayangkan new normal ini. Ah, kasihan juga ya, anak-anak yang kelamaan di rumah. Mereka pasti kangen dengan belajar bersama teman-temannya.
BalasHapusBetul, anak punya teman bermain. Tentunya itu yang hilang dari kehidupan saat ini. Interaksi tatap muka langsung tetap diperlukan walau tidak sesering dulu. Kaitannya dengan pertumbuhan mental juga
HapusThings certainly have changed with this virus. We ask ourselves why didn't they utilise this before!
BalasHapusAgree, we are like being forced by circumstances (virus) to make technological innovations
HapusThx for sharing
HapusSiap tidak siap kita harus menghadapi new normal. Saya sendiri kok cenderung mendukung new normal. Ikhtiar tetap dijalankan namun ujungnya kita harus pasrah. Memang ada tatanan baru nantinya tapi insha allah kita bisa adaptasi
BalasHapusInsya Allah. Ada harapan baru juga, namun kewaspadaan tetap ada, terutama waspada serangan gelombang kedua
HapusMau tidak mau kita harus siap menghadapi semua ini.. Mari "meski terpaks" kita sambut Kenormalan Baru ini..
BalasHapusSiap tidak siap harus menghadapi era kenormalan baru. Bagi yang mau belajar terhadap perubahan baru, Insya Allag bisa semakin sukses ke depannya. Aamiin
HapusDan juga dipaksa untuk patuh terhadap protokol kesehatan
HapusRasanya memang masih was was menghadapi new normal dari penjelasan kakak sangat detail sekali ya persiapan di berbagai bidang kita jadi tahu panduannya makasih infonya kak
BalasHapusMemang butuh proses dan adaptasi selama vaksin covid-19 belum ditemukan. Semoga saja sukses. Thx atas apresiasinya
HapusSuka banget dengan artikel Kang Vicky ini... benar banget kl era sekarang ini Covid-19 menjadi semacam disrupsi di segala bidang. Benar2 mengubah gaya hidup, cara pandang dan cara bersosialisasi kita semua ya. Btw itu lucu banget plesetan generasi micin, new normalnya jadi orang yg baru waras kemaren, hahaha. Thank you for share ya artikelnya. Nice!
BalasHapusDisrupsi membuat orang yang gaptek harus belajar teknologi dan pakar teknologi pun harus memperdalam ilmu juga agar bermanfaat di era kenormalan baru. Yang menciptakan new normal itu biasanya wartawan, agak aneh istilahnya sehingga muncul plesetan tersebut. Silakan dishare, semoga bermanfaat. Thx atas apresiasinya
Hapusbetul sekali kondisi pandemi ini telah banyak merubah pola hidup masyarakat di seluruh dunia, aku ga pernah nonton tv dari tahun 2000an mba, sampai sekarang, ada tv di kamar dipakai buat koneski ke laptop buat kerja atau nonton youtube heheeh, pas dinyalain ke TV selama pandemi ini, beritanya sangat tidak sehat sih menurutku, bukannya berisi motivasi atau hal2 yang dapat mendorong semangat masyarakat malah sebaliknya, bikin imun tubuh ga bagus, jadilah ga suka lagi nonton berita2 di tv lokal
BalasHapusMungkin yang seneng drakor ya mending nonton drakor hehe.. Memang masyarakat butuh tayangan televisi yang menghibur, menginspirasi, dan memberi semangat hidup, bukan sekedar menakut-nakuti. Mungkin demi rating bagus dan paling simpel ya nyiarin berita tersebut
HapusWah ulasannya sangat menarik Mas. Sebenarnya dari perspektif lingkungan, new normal bisa menjadi salah satu senjata ampuh untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperlambat global warming. Dengan sistem kerja shift otomatis akan mengurangi mobilitas manusia, pun dengan maraknya webinar dan meeting virtual yang juga bisa menjadi alternatif murah dan lebih ramah lingkungan ketimbang harus menyewa hotel dan menghadiri pertemuan di hotel.
BalasHapusNice sharing mas
Betul, berkurangnya polusi terlihat sejak PSBB diberlakukan. Kebetulan blog kedua saya membahas korona dari perspektif lingkungan (tapi ditulis dalam bahasa Inggris). Sepertinya new normal tetap akan diberlakukan sampai awal tahun depan. Tentunya tetap harus mewaspadai kemungkinan serangan gelombang kedua. Thx atas apresiasinya
HapusKalau menurutku pribadi adalah ..., tindakan terlalu awal pemerintah Indonesia menerapkan program New Normal.
BalasHapusApalagi untuk kegiatan sekolah.
Terutama untuk siswa TK dan SD.
Para siswa seusia tersebut belum paham betul langkah apa social distancing ..., usia mereka masih belum dapat jaga jarak aman bersosialisasi antar teman.
Lebih baik diundur pelaksanaan masa New Normal.
Setuju. Di Prancis yang kasus koronanya rendah, lalu sekolah aktif kembali, muncul kasus korona dari siswa tersebut. Tentunya siswa TK dan SD masuk sekolah bisa dimundurkan jadwalnya setelah melihat siswa SMP dan SMU yang sudah masuk sekolah duluan, juga mahasiswa di kampus. Setalah dirasa tidak ada kasus korona, baru bisa diberlakukan kepada siswa TK dan SD. New Normal sepertinya tidak mungkin diundur, hanya pelaksanaannya bertahap
HapusKalau menurut saya sih langkah untuk menerapkan new normal adalah langkah yang cukup baik (diluar dari segala hal negatif dibelakangnya). Melambatnya roda ekonomi adalah alasan utama diadakannya New Normal. Melihat banyak pegawai dan karyawan yang kena PHK massal, tindakan ini tidak sepenuhnya salah
HapusAda dilema juga kalau new normal tidak segera dilaksanakan, ancaman PHK besar-besaran akan terjadi, pabrik banyak yang bangkrut. Tujuannya menyelamatkan ekonomi untuk saat ini
HapusNew normal = biaya tinggi, inefisiensi buat dunia usaha saat ini, entah ke depannya bagaimana, mudah-mudahan bisa survive. Setidaknya sampai vaksin ditemukan, kalau vaksin sudah ditemukan dan obatnya juga ditemukan, saya kira new normal juga jadi normal ordinary 😁
BalasHapusVaksin paling cepat akhir tahun 2020. Memang new normal antara new hope dan new problems hehe.., terutama kekhawatiran serangan gelombang kedua
Hapuskalo di daerah saya di batu bara, lock down udh habis om, ya menjalani aktivitas seperti biasa nya,
BalasHapusyuk mari berteman dan saling follow back :)
Wah. Memang ada kekhawatiran kalau kelamaan di rumah ekonomi Indonesia dan khususnya rakyat semakin bermasalah. Jadi memang harus dinormalkan secara bertahap. Siap mampir
Hapusiya ommbner tuh.. apa lgi di daerah saya masih zona hijau
HapusStay safe
HapusDengan pandemi ini, kita semakin kreatif om.. banyak inovasi yang sudah dibuat khususny dalam bidang digital nih. keren
BalasHapusBetul. Kalau sebelumnya inovasi masih malu2, sekarang harus lebih berani karena harus segera diterapkan saat kondisi korona
HapusInovasi teknologi semakin berkembang saat pandemi ini
HapusJadi harapan kita bersama untuk segera kembali beraktivitas normal. Ngelihat kondisi saat ini, disiplin untuk mengikuti protokol sepertinya jadi prinsip utama dalam berkegiatan...
BalasHapusSetuju. Cuma kendalanya masih banyak warga yang ngeyel dan dikhawatirkan menularkan kengeyelannya berikut virus ke warga yang patuh. Sanksi hukumnya harus tegas
HapusCovid 19 sudah mengubah hidup kita. Banyak yang dapat dipelajari darinya. Orang yang tidak pandai dalam teknologi harus belajar mendalami teknologi.
BalasHapusBetul. Seperti dipaksa untuk belajar teknologi atau kalau tidak akan semakin tersisih dan sulit mendapatkan penghasilan
HapusTerima kasih pak, saya jadi tahu perbedaan arti kata tren dan disrupsi, hehe
BalasHapusDengan adanya disrupsi ini memang mau ga mau, suka ga suka, kita dituntut untuk menghadapinya, tentunya dengan segala macam inovasi dan solusi yang sudah dipersiapkan dan digodog di belakang (walaupun hasilnya masih harus sambil dipantau), supaya seenggaknya kita bisa bangkit kembali walaupun dengan jalan harus tertatih2 terlebih dahulu...
Sharing ilmunya bermanfaat Pak Vicky :)
Betul, Disrupsi terjadi karena suatu keadaan yang mungkin saja di luar prediksi ahli. Tapi tetap harus dicari solusinya. Thx atas apresiasinya
Hapusbaik kiranya jika bisa dijalankan apa yang ada didalam tulisan ini
BalasHapusThx atas apresiasinya
HapusLengkap sekali penjelasan tentang disrupsi teknologi, ternyata beda dengan tren ya.
BalasHapusMemang aku dulu juga agak khawatir dengan perkembangan teknologi nantinya orang jadi anti sosial, tapi dengan adanya pandemi Corona ini mau tidak mau harus menggunakan internet, belajar online, pembayaran online, diskusi online dan lainnya.
Tapi kadang kendala sinyal jadi masalah, kalo pagi sampai siang hari internet lancar, begitu sore lambat dan malam jadi lelet
Sepertinya Disrupsi ini akan terus berlanjut sampai pandemi berakhir sekalipun. Teknologi bukan pelengkap, tapi kebutuhan utama yang menggantikan cara2 kuno
HapusKendala sinyal internet biasanya yang di daerah jauh dari perkotaan. Semoga bisa teratasi secara bertahap
HapusSemoga Dengan adanya Pademi Covid 19 ini bisa membuat kita agar lebih mawas diri... Terutama memasuki Era New Normal yang mana Teknologi digital masih tetap menjadi nomor satu yang dibutuhkan.😊😊
BalasHapusSetuju,new normal tetap harus waspada dan teknologi digital makin diandalkan
HapusTeknologi digital sekarang menjadi kebutuhan. Yang tidak bisa beradaptasi akan semakin sulit bersaing
HapusNew normal banyak yang masih awam menyangka itu kehidupan normal seperti sebelumnya
BalasHapusKehidupan yang tidak sebebas dulu, tidak bisa seenaknya nongkrong, semua ada batasannya. Pekerjaan pun sekarang lebih memprioritaskan teknologi digital.
Hapusnew normal berarti siap2 dengan penyesuaian tarif ini itu hehe..
BalasHapusTarif kereta naik 40 persen, listrik juga, walau secara resmi tidak naik, tapi faktanya naik secara signifikan dengan dalih wfh
HapusDan tambahan biaya swab test dan antigen hehe..
HapusUnfortunately, this pandemic has turned our lives upside down in many ways as you have very well pointed out in your post. I don't know when and how we will get out of this situation but we must continue to work in compliance with the rules.
BalasHapusNew normal life makes us forced to adapt. If we cannot adapt, we will be left out of the competition for life
HapusI agree, innovation is inevitable but sadly yet, people is reluctant to understand it. For example Italy that has seen the consequences of this pandemic, doesn't yet apply all the measures. Talking about sanification, they don't do much, it is up to every person to disinfect their working place, desk, phones, computers and all the rest, every time and every day. Some of them don't do it because they still don't understand fully the extent of this pandemic.
HapusYes, it needs good cooperation to realize it, to obey health protocol
HapusAda untungnya kita mengalami pandemi ini di era yang sudah terbiasa dengan teknologi, termasuk di sektor kesehatan. Saya tak bisa membayangkan bagaimana orang-orang di masa belum ditemukannya teknologi seperti sekarang dalam menghadapi wabah atau pandemi. Pasti berat sekali.
BalasHapusSemoga kita selalu sehat dan selamat dalam perlindungan Tuhan YME.
Teknologi sekarang menjadi kebutuhan, bukam pelengkap. Mereka yang tidak bisa beradaptasi akan tersisihkan. Doa yang sama. Aamiin
HapusTeknologi mengubah peradaban manusia
HapusHi good morning, how are you? Do you accept one following the other's blog? We can be friends (there is no distance for friendship) and partner with our blogs. https://viagenspelobrasilerio.blogspot.com/?m=1
BalasHapusGood morning, I'm fine. Ok, I comment and follow on your blog. Support each other
Hapuskehadiran pandemik ini bukan setakat mengubah dunia tetapi juga mengubah cara hidup kita. dan teknologi juga tidak terlepas daripadap erkara ini
BalasHapusKehidupan di mana teknologi menjadi pusat interaksi dan mikir2 dulu jika ingin berkumpul dengan banyak orang di luar kota bahkan di luar negeri
HapusTeknologi sudah menjadi kebutuhan pokok saat kondisi sekarang ini
BalasHapusSetuju. Dulu mungkin hanya pelengkap saja. Mereka yang bisa beradaptasi dan mengaplikasikan inovasi tersebut akan berjaya
HapusInovasi teknologi harus diterapkan jika tidak ingin terpuruk
BalasHapusSetuju. Jika tidak dilakukan, negara akan semakin terpuruk
HapusSisi baiknya ya gitu ya Mas
BalasHapusJadi banyak banget teknologi baru yang mungkin dulu gak pernah terbayangkan
Peradaban manusia jadi lebih maju 2 langkah kwkwkw
Soal efek negatifnya gausah aku inget-inget deh
Bikin stress sendiri -__-
Teknologi jadi pusat peradaban dan interaksi sekarang. Sehingga kita dipaksa beradaptasi
Hapusp/s menanti entry baru....
BalasHapusSiap, sorry baru ngecek blog lagi
HapusGracias por la información te mando un beso
BalasHapusgracias, espero sea de utilidad
HapusThank you for sharing.
BalasHapusNew Post - https://www.exclusivebeautydiary.com/2020/07/elizabeth-arden-sparkle-on-holiday.html
You're very welcome
Hapussekarang kami sedang berhadapan dengan 2nd wave covid-19...aduhhh terasa penat untuk hadapi lockdown sekali lagi
BalasHapusgelombang kedua muncul karena banyak orang yang merasa sudah aman dari virus, ngeyel, dan kembali berkerumun. Yang kasihan yang sudah mematuhi protokoler kesehatan bisa saja tertular
HapusHanya negara yang bisa beradaptasi dengan kreativitas dan inovasi teknologi akan bertahan.
BalasHapus-------- agak ngeri gimana dengan statemen tsb. Soalnya secara umum negara kita sangat kewalahan, mizalnya dalam hal pendidikan saja. Di kota saya beberapa sekolah mulai melakukan pembelajaran tatap muka karena tidak bisa optimal dalam pembelajaran daring padahal hingga saat ini masih zona merah. Sementara menunggu inovasi entah dari mana datangnya, entah kapan. Tapi tetap harus optimis ya, semoga dengan dipaksa keadaan seperti sekarang ini banyak orang yang mendapat percepatan belajar.
Kalau yang saya tangkap, sekolah seperti itu butuh pemasukan segera, guru butuh penghasilan segera, dan sekolah agak keteteran melaksanakan kurikulum pendidikan hanya dengan pembelajaran daring. Zona merah, aktivitas sekolah tatap muka ditiadakan, setidaknya sampai vaksin ditemukan. Pemerintah pusat harus membuat kebijakan inovatif sementara yang bisa menenangkan sekolah seperti agar tidak panik dan memaksakan diri mengadakan tatap muka
HapusNgerasain banget gimana menantangnya kenormalan baru ini. Teknologi, jadi pusat interaksi dan jual-beli. Rumah? Jadi pusat aktivitas. Berubah banget dari segi mobilitas, tapi tetap coba survive dengan normal yang baru ini. Semangat yuk semangat!
BalasHapusSetuju. Dulu teknologi digital hanya pelengkap. Sekarang justru jadi kebutuhan utama, bahkan saat berinteraksi sekalipun. Banyak profesi baru (digital) yang bermunculan saat WFH. Tetap semangat dan sukses selalu
Hapustechnology has become a part of our lives
BalasHapusagree, technology is now the center of civilization
HapusThank you for following my blog.
BalasHapusI also follow yours.
A hug.
Good. Always support each other
Hapus